Breaking News
Loading...
Kamis, 06 Februari 2014

Info Post

Yogyakarta - Semangat HTI untuk menjelaskan Islam sebagai solusi problematika umat semakin menarik perhatian banyak pihak, termasuk umat Kristiani. Hari ini, Sabtu 10 Juli 2010 pukul 08.00 – 12.00 di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, Yogyakarta, mereka turut menghadiri Seminar Rajab bertema “Khilafah Solusi Dunia dan Indonesia”. Seminar yang diselenggarakan HTI DIY ini menampilkan tiga pembicara, yaitu KH M Shiddiq al Jawi (DPP HTI), Dwi Condro Triono,M.Ag. (kandidat doktor ekonoi Univ. Kebangsaan Malaysia), dan H.M. Ismail Yusanto, M.M. (Juru Bicara HTI). Acara ini disiarkan secara live ke seluruh dunia melalui audio dan video streaming yang bisa diakses di situs HTI.
 
Umat Kristiani yang hadir tersebut berasal dari Forum Kristiani Pemimpin Muda Indonesia (FKPMI) Sumatera Utara. Anak-anak muda yang dipimpin oleh Bpk. Andreas Jonathan tersebut berjumlah 23 orang. Mereka hadir pagi-pagi sejak acara belum dimulai. Sesaat setelah hadir, mereka langsung menuju ke depan backdrop untuk berfoto bersama. Setelah itu mengambil posisi duduk di barisan terdepan. Kehadiran mereka di tengah-tengah ribuan peserta seminar yang memenuhi gedung, tentu cukup menarik perhatian. Karena peserta perempuan dari (FKPMI) Sumatera Utara itu tidak berkerudung.

Dalam seminar ini, Ustadz Shiddiq menjelaskan bahwa demokrasi adalah sistem kufur yang berbahaya. Disebut sistem kufur, karena secara normatif sangat bertentangan dengan Aqidah Islam yang menetapkan hak membuat hukum hanya di tangan Allah SWT, bukan di tangan manusia. Demokrasi juga berbahaya, karena secara empiris terbukti menimbulkan banyak bahaya (dharar) bagi umat Islam, khususnya karena ide kebebasan demokrasi.

Sementara itu, Ustadz Dwi Condro menjelaskan bahwa keterpurukan umat Islam salah satu sebabnya dikarenakan ulamanya jarang menjelaskan syariat Islam dimensi ketiga. Dimensi pertama adalah syariat yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, yaitu aqidah dan ibadah. Contohnya adalah sholat, zakat, haji, dan lain-lain. Dimensi kedua adalah syariat Islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Contohnya makan, minum, berpakaian. Dimensi ketiga adalah syariat Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain. Contohnya adalah sistem politik Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan Islam, dan lain-lainnya. Kapan ulama yang sering khutbah di masjid menjelaskan tentang kufurnya sistem demokrasi? Justru yang sering adalah penjelasan tentang ibadah sholat, akhlaq saja. Walhasil, umat tidak pernah sadar tentang syariat Islam dimensi ketiga.

Dalam sesi tanya jawab, Ustadz Ismail Yusanto menjelaskan jawabannya mengenai kekhawatiran umat Kristiani mengenai penerapan syariat Islam yang digagas HTI. Beberapa waktu yang lalu, ada dua wartawan majalah Kristen yang mewawancarai beliau. Mereka merasa menjadi representasi umat Kristiani yang khawatir terhadap gerak organisasi HTI. Kekhawatiran mereka ada lima. Pertama, umat Kristiani akan dipaksa masuk Islam. Dijawab tidak ada paksaan. Kedua, mereka akan dilarang minum minuman keras. Dijawab, kalau menurut agama anda (Kristen) memang diperbolehkan, maka silakan saja (tidak dilarang). Ketiga, tidak boleh makan babi. Dijawab kalau menurut agama Kristen memang boleh, maka silakan. Keempat, wanita Kristen akan dipaksa memakai jilbab. Dijawab, yang wajib memakai jilbab hanya wanita muslimah saja. Kelima, gereja-gereka akan dihancurkan. Dijawab, tidak. Bahkan dalam kondisi perang pun, gereja tidak boleh menjadi target untuk dihancurkan. Ustadz Ismail pun balik bertanya “Ada lagi yang dikhawatirkan?” Mereka bingung dan berpikir agak lama. Kemudian mereka bertanya lagi, apakah laki-laki Kristen akan dipaksa khitan. Dijawab, tidak dipaksa. Tapi kalau menurut dokter, khitan itu menyehatkan. Dua wartawan Kristen yang pada awalnya berwajah cemas itu pun akhirnya tersenyum-senyum. Ternyata, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari penerapan syariat Islam.

Pada akhir acara, beberapa tokoh menyampaikan testimoni. Mereka menyatakan mendukung dakwah HTI. Sementara Bpk. Andreas Jonathan yang juga ikut memberikan testimoni menyatakan rasa terima kasihnya karena telah diundang menghadiri acara HTI. Ia menyatakan appreciate dengan konsep yang ditawarkan HTI, walaupun masih ada bagian-bagian yang memerlukan penjelasan lebih jauh. Oleh karena itu, ia mengajak diskusi dengan HTI. Baginya, dengan mengenal HTI membuat dirinya lebih memahami Islam dan para pengembannya. (www.syariahpublications.com) (edited by redaksi www.khilafah1924.org)

---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda