72 Jam Sebelum Pembantaian Garda Republik
Seorang Penulis Arab internasional, Abdul Bari 'Athwan menulis di laman pribadinya di Sosial Media Facebook akan rentetan kejadian 72 jam sebelum terjadinya Pembantaian Wisma Garda Republik.
8 Kejadian Penting Sebelum Pembantaian
Akan datang hari dimana kita akan menceritakan kepada rakyat Mesir kisah tentang para pahlawan dari dalam jajaran Intelejen Umum dan Pengawal Pribadi Jenderal As-Sisi sendiri, yang menukilkan kepada kami kisah di dalam internal Kementrian Pertahanan yang menolak terjadinya kudeta.
Kejadian Pertama
Jumat 5/7 pukul 21.00 malam di kantor kementrian pertahanan, Jendral As-Sisi bertemu dengan para Kepala Staf angkatan bersenjata yang tidak dihadiri oleh Kepala Staf Territorial 2 karena kondisi beberapa propinsi Terusan Suez yang genting. Pertemuan selama 3 jam ini menghasilkan pentingnya mengadakan perundingan dengan Muhammad Mursi karena inilah yang dianggap tindakan paling bijak. Lalu ditugaskanlah Kepala Staff Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Sidki Subhi dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya Yunus Sayyid Hamid untuk berunding dengan Muhammad Mursi.
Kejadian Kedua
Letnan Jendral Sidki dan Marsekal Madya Yunus berangkat menuju kantor Garda Republk (tempat Muhammad Mursi ditahan) pada jam 2 pagi hari Sabtu 6/7. Mereka menawarkan agar presiden mau mundur dan memaksanya untuk mengambil pilihan ini. Presiden tidak mau dan bersikeras tidak menanggapinya.
Lalu mereka menawarkan bagaimana jika Presiden Mursi kembali kejabatannya, dengan jaminan Baradei menjadi Perdana Mentri yang memiliki kebijakan penuh dalam urusan politik dan ekonomi dan presiden tidak boleh ikut campur. Presiden juga tidak boleh ikut campur dalam urusan militer, baik urusan administrasi maupun persenjataannya.
Presiden tersenyum sambil berkata, "Semoga Allah meridai kalian. Kalian sudah menghabiskan waktu saya untuk Qiyamullail." Ucapan ini membuat Letjend Sidki Subhi marah dan berang di hadapan presiden. Dia berkata, "Demi Allah, kami akan bunuh kalian satu-persatu hingga menjadi kolam darah. Dan Anda tidak akan kembali menjadi presiden kecuali setelah melangkahi mayat kami. Masa depan Anda dan Jamaah Anda bisa Anda bayangkan sebentar lagi!"
Kejadian Ketiga
Pertemuan As-Sisi dan seluruh kepala staf pada jam 7 pagi dan membahas hasil laporan dari Intelejen Perang yang mengakui bahwa keadaan semakin rumit di setiap markas angkatan bersenjata. Ada perasaan kesal dan kecewa yang dirasakan setiap individu tentara. Kepala Staf Teritorial 3 Letnan Jenderal Usamah Askar menyela dan mengkritik kebijakan As-Sisi dan tindakannya yang terburu-buru. Hal ini membuat As-Sisi meninggikan suaranya dan berang kepada semua yang hadir dan mengatakan bahwa keputusan yang diambilnya adalah hasil kesepakatan semua kepala staf. Suasana semakin memanas dan suara yang tinggi bersahut-sahutan, tanpa lagi memperhatikan pangkat militer dan posisi panglima. Rapat ini berakhir tanpa hasil kongkrit.
Kejadian Keempat
Sabtu 6/7 jam 12:00 siang.
As-Sisi bertemu dengan Letjend Sidki dan Letjend Ahmad Abu Dahab (Direktur Urusan Moral) membahas masukan-masukan dari Intelejen Perang dan kembali menyusun kartu. Terkhusus masalah media, terkait kebijakan penggalangan massa penyeimbang gerakan Islam pada hari Ahad besok. Dan akan fokus di media untuk mengangkat isu pengkhianatan Ikhwan serta gerakan Islam lainnya, juga memberi label "teroris,” membuka file-file sejarah kelam ikhwan di media, berkoordinasi di lapangan dengan Kementian Dalam Negeri untuk menciptakan tindakan anarkis, tempat-tempatnya, pelaksanaan tekhnisnya, dan pengambilan gambarnya.
Kejadian Kelima
Hari Ahad 7/7 jam 17:00 sore. Intelejen Perang memberikan warning kepada Jenderal As-Sisi bahwa massa Ikhwan bertambah banyak dan mereka mendapatkan simpati dari rakyat. Pertambahan jumlah massa ini dalam perhitungan mereka antara 750 ribu sampai 900 ribu massa yang berkumpul di lapangan-lapangan terbuka. Dan hari ini jumlah massa diperkirakan mencapai 1 juta setengah manusia. Media-media asing menekan pemerintah mereka karena tidak sepakat dengan kebijakan kudeta. Dan yang lebih bahaya menurut laporan ini adalah: didapatinya hubungan telpon antara beberapa perwira berpangkat Brigadir Jenderal ('Amiid) dan Kepala Urusan Tekhnik Militer Mayor Jendral Tahir Abdullah yang membicarakan pentingnya bagi lembaga militer mengambil keputusan secepat mungkin dan keluar dari krisis ini dengan membayar berapapun harganya.
Kejadian Keenam
Hari Ahad jam 22:00 malam.
Mayor jendral Syahin menghubungi Muhammad Badi' (mursyid IM) dan mengajak beliau untuk berunding dengan militer. Hal ini ditolak oleh Muhammad Badi' dengan berkata, "Saya tidak akan bernegosiasi dengan seorang pun. Bersama kalian ada presiden saya dan presiden kalian. Negosiasilah dengan tuan presiden".
Kejadian Ketujuh
Ahad 00:00 –Senin (8/7) pagi.
Letnan Jenderal Sidki Subhi pergi menemui presiden Mursi dan menyampaikan bahwa jumlah yang gugur syahid dari anggota jamaah ikhwan sudah melewati ratusan di beberapa propinsi Mesir karena ulah preman dan polisi. Dan militer belum ikut campur.
Letjend Subhi mengatakan, "Jika Anda terus bersikeras maka kami akan menyembelih kalian semuanya dan masalah akan bertambah runyam. Dan kita tidak akan bisa keluar dari krisis ini setelah hari ini. Anda memilih; merekam pengunduran diri Anda atau kembali menjadi presiden dengan syarat yang telah kami sebutkan sebelumnya. Atau Anda memilih darah Anda dan darah pendukung Anda?"
Mursi berkata:
"Jika saya menerima tawaran ini setelah gugurnya para syahid tersebut, maka saya telah mengkhianati mereka. Saya telah mengkhianati darah mereka. Saya telah mengkhianati sumpah saya di hadapan Allah dan di hadapan rakyat. Jika saya menerima tawaran ini sekarang maka tidak ada masa depan bagi negeri saya di bawah kendali kalian. Kalian bunuh saya, demi Allah, itu lebih ringan bagi saya".
Kejadian Kedelapan
Hari Senin, jam 02:00 pagi
Jenderal As-Sisi mengadakan rapat tertutup dengan panglima Garda Republik dan Kepala Operasi Militer Mayor Jenderal Muhsin Syadzili. Mereka sepakat untuk membuat skenario kejadian berdarah, yang membuat efek semua pihak mau kembali bernegosiasi dan menerima tawaran untuk berdialog.
Seorang Penulis Arab internasional, Abdul Bari 'Athwan menulis di laman pribadinya di Sosial Media Facebook akan rentetan kejadian 72 jam sebelum terjadinya Pembantaian Wisma Garda Republik.
8 Kejadian Penting Sebelum Pembantaian
Akan datang hari dimana kita akan menceritakan kepada rakyat Mesir kisah tentang para pahlawan dari dalam jajaran Intelejen Umum dan Pengawal Pribadi Jenderal As-Sisi sendiri, yang menukilkan kepada kami kisah di dalam internal Kementrian Pertahanan yang menolak terjadinya kudeta.
Kejadian Pertama
Jumat 5/7 pukul 21.00 malam di kantor kementrian pertahanan, Jendral As-Sisi bertemu dengan para Kepala Staf angkatan bersenjata yang tidak dihadiri oleh Kepala Staf Territorial 2 karena kondisi beberapa propinsi Terusan Suez yang genting. Pertemuan selama 3 jam ini menghasilkan pentingnya mengadakan perundingan dengan Muhammad Mursi karena inilah yang dianggap tindakan paling bijak. Lalu ditugaskanlah Kepala Staff Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Sidki Subhi dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Madya Yunus Sayyid Hamid untuk berunding dengan Muhammad Mursi.
Kejadian Kedua
Letnan Jendral Sidki dan Marsekal Madya Yunus berangkat menuju kantor Garda Republk (tempat Muhammad Mursi ditahan) pada jam 2 pagi hari Sabtu 6/7. Mereka menawarkan agar presiden mau mundur dan memaksanya untuk mengambil pilihan ini. Presiden tidak mau dan bersikeras tidak menanggapinya.
Lalu mereka menawarkan bagaimana jika Presiden Mursi kembali kejabatannya, dengan jaminan Baradei menjadi Perdana Mentri yang memiliki kebijakan penuh dalam urusan politik dan ekonomi dan presiden tidak boleh ikut campur. Presiden juga tidak boleh ikut campur dalam urusan militer, baik urusan administrasi maupun persenjataannya.
Presiden tersenyum sambil berkata, "Semoga Allah meridai kalian. Kalian sudah menghabiskan waktu saya untuk Qiyamullail." Ucapan ini membuat Letjend Sidki Subhi marah dan berang di hadapan presiden. Dia berkata, "Demi Allah, kami akan bunuh kalian satu-persatu hingga menjadi kolam darah. Dan Anda tidak akan kembali menjadi presiden kecuali setelah melangkahi mayat kami. Masa depan Anda dan Jamaah Anda bisa Anda bayangkan sebentar lagi!"
Kejadian Ketiga
Pertemuan As-Sisi dan seluruh kepala staf pada jam 7 pagi dan membahas hasil laporan dari Intelejen Perang yang mengakui bahwa keadaan semakin rumit di setiap markas angkatan bersenjata. Ada perasaan kesal dan kecewa yang dirasakan setiap individu tentara. Kepala Staf Teritorial 3 Letnan Jenderal Usamah Askar menyela dan mengkritik kebijakan As-Sisi dan tindakannya yang terburu-buru. Hal ini membuat As-Sisi meninggikan suaranya dan berang kepada semua yang hadir dan mengatakan bahwa keputusan yang diambilnya adalah hasil kesepakatan semua kepala staf. Suasana semakin memanas dan suara yang tinggi bersahut-sahutan, tanpa lagi memperhatikan pangkat militer dan posisi panglima. Rapat ini berakhir tanpa hasil kongkrit.
Kejadian Keempat
Sabtu 6/7 jam 12:00 siang.
As-Sisi bertemu dengan Letjend Sidki dan Letjend Ahmad Abu Dahab (Direktur Urusan Moral) membahas masukan-masukan dari Intelejen Perang dan kembali menyusun kartu. Terkhusus masalah media, terkait kebijakan penggalangan massa penyeimbang gerakan Islam pada hari Ahad besok. Dan akan fokus di media untuk mengangkat isu pengkhianatan Ikhwan serta gerakan Islam lainnya, juga memberi label "teroris,” membuka file-file sejarah kelam ikhwan di media, berkoordinasi di lapangan dengan Kementian Dalam Negeri untuk menciptakan tindakan anarkis, tempat-tempatnya, pelaksanaan tekhnisnya, dan pengambilan gambarnya.
Kejadian Kelima
Hari Ahad 7/7 jam 17:00 sore. Intelejen Perang memberikan warning kepada Jenderal As-Sisi bahwa massa Ikhwan bertambah banyak dan mereka mendapatkan simpati dari rakyat. Pertambahan jumlah massa ini dalam perhitungan mereka antara 750 ribu sampai 900 ribu massa yang berkumpul di lapangan-lapangan terbuka. Dan hari ini jumlah massa diperkirakan mencapai 1 juta setengah manusia. Media-media asing menekan pemerintah mereka karena tidak sepakat dengan kebijakan kudeta. Dan yang lebih bahaya menurut laporan ini adalah: didapatinya hubungan telpon antara beberapa perwira berpangkat Brigadir Jenderal ('Amiid) dan Kepala Urusan Tekhnik Militer Mayor Jendral Tahir Abdullah yang membicarakan pentingnya bagi lembaga militer mengambil keputusan secepat mungkin dan keluar dari krisis ini dengan membayar berapapun harganya.
Kejadian Keenam
Hari Ahad jam 22:00 malam.
Mayor jendral Syahin menghubungi Muhammad Badi' (mursyid IM) dan mengajak beliau untuk berunding dengan militer. Hal ini ditolak oleh Muhammad Badi' dengan berkata, "Saya tidak akan bernegosiasi dengan seorang pun. Bersama kalian ada presiden saya dan presiden kalian. Negosiasilah dengan tuan presiden".
Kejadian Ketujuh
Ahad 00:00 –Senin (8/7) pagi.
Letnan Jenderal Sidki Subhi pergi menemui presiden Mursi dan menyampaikan bahwa jumlah yang gugur syahid dari anggota jamaah ikhwan sudah melewati ratusan di beberapa propinsi Mesir karena ulah preman dan polisi. Dan militer belum ikut campur.
Letjend Subhi mengatakan, "Jika Anda terus bersikeras maka kami akan menyembelih kalian semuanya dan masalah akan bertambah runyam. Dan kita tidak akan bisa keluar dari krisis ini setelah hari ini. Anda memilih; merekam pengunduran diri Anda atau kembali menjadi presiden dengan syarat yang telah kami sebutkan sebelumnya. Atau Anda memilih darah Anda dan darah pendukung Anda?"
Mursi berkata:
"Jika saya menerima tawaran ini setelah gugurnya para syahid tersebut, maka saya telah mengkhianati mereka. Saya telah mengkhianati darah mereka. Saya telah mengkhianati sumpah saya di hadapan Allah dan di hadapan rakyat. Jika saya menerima tawaran ini sekarang maka tidak ada masa depan bagi negeri saya di bawah kendali kalian. Kalian bunuh saya, demi Allah, itu lebih ringan bagi saya".
Kejadian Kedelapan
Hari Senin, jam 02:00 pagi
Jenderal As-Sisi mengadakan rapat tertutup dengan panglima Garda Republik dan Kepala Operasi Militer Mayor Jenderal Muhsin Syadzili. Mereka sepakat untuk membuat skenario kejadian berdarah, yang membuat efek semua pihak mau kembali bernegosiasi dan menerima tawaran untuk berdialog.
-----
Dan sangat sayang, kami tidak mengetahui jenis operasi dan bentuknya, hingga terjadi kejadian berdarah pembantaian di depan kantor Garda Republik Senin pukul 03:30 pagi. -----
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda