Breaking News
Loading...
Jumat, 21 Maret 2014

Info Post

Allah menciptakan kehidupan dan kematian, pada prinsipnya dalam rangka menguji siapa yang paling baik amalnya. Allah tak pernah mempermasalahkan, di zaman apa kita hidup! Ujian itu ada! Bahkan Adam dan Hawa berhadapan dengan ujian, saat di surga. Tengoklah para Nabi Ulul Azmi. Mereka hidup menapaki hamparan masalah. Mereka sukses melakukan yang terbaik.

Bandingkan dengan kita. Tentu kita bukan level para nabi, level orang shalih pun mungkin belum. Maka ujian bagi kita sangat diringankan Allah. Namun prinsipnya sama; siapa di antara kita yang paling baik amalnya. Hanya saja, doktrin-doktrin keagamaan yang dibawa penjajah, seringkali membentuk paradigma kita menjadi pribadi-pribadi "penunggu", pasif, berpangku tangan, dan tak mampu lagi membaca hikmah di balik semua kondisi dan peristiwa. Bayangkan teriakannya menegakkan Syariah-Khilafah, tapi meniadakan Jihad. Dakwahnya tauhid, tapi fokus juangnya hanya di tataran Syirik tersembunyi. Saat diuji dengan penguasa zhalim, malah takluk bertekuk lutut dan mengiyakan pelanggaran syariat dan perusakan tauhid oleh penguasa.

Bagi saya, ujian seseorang itu bukan di tataran ibadah ritual (shalat, haji, shaum, zakat, syahadat). Tapi ujian hakiki adalah dalam kehidupan bersosial-bernegara-bermasyarakat. Buktinya, di level negara Saudi Arabia yang -katanya- sumber Wahabi-Salafy dan murni Tauhid, namun bertekuk lutut terhadap AS. Mereka menjadi donatur pembantaian di Mesir. Demikian juga di level individu, banyak yang meneriaki pemerintah Indonesia Thogugt-Kafir-Musyrik, namun aman dan nyaman menjadi pegawainya. Lalu saat Pemilu, sibuk mengharamkan dan mengajak Golput.

Oleh karena itu, mari kita hilangkan kata demokrasi dalam kamus politik kita. Fokuslah pada realita yang kita hadapi dan tidak bisa kita hindari saat ini;

1. Ada kesempatan mengisi parlemen dan birokrasi. Namun faktanya, kita dihadapkan pada banyaknya elemen yang menginginkan. Mari bersaing sehat. Kerahkan segala energi dan potensi yang dimiliki. Rebut kekuasaan. Lalu gunakan untuk melahirkan amal-amal terbaik.

2. Jumlah mayoritas pemilih aktif, itu yang diperhitungkan. Faktanya, bahwa suara Profesor sama dengan tukang molor. Suara ustadz sama dengan dukun. Suara 1 muslim (padahal mayoritas), sama dengan pemeluk aliran sesat. Lalu saat profesor, ustadz, muslim diam dan pasif. Di sisi lain tukang molor, dukun, noni aktif. Apa gerangan yang akan terjadi? Faktanya, siapa yang agresif aktif, dia yang meraih angka prestatif walau sedikit. Siapa yang pasif negatif, maka harus siap menerima hasil yang negatif.

Nah bisa jadi saat kita memilih CAD (Caleg) atau birokrat ada yang tersandung kasus. Namun kekecewaan kita tidak patut ditimpakan kepada semua. Jika PKS-PPP-PBB membuat kecewa. Pilihlah individu yang bisa kita percaya. Namun jangan sampai kita menjadi seperti babi pendengki di permaninan AngryBird. Setiap ada yang gagal, ada saja si BABI yang ketawa dan mentertawakan! Akhirnya, amal shalih kita minus ... malah diperparah dengan aktivitas nyinyir tiada henti !.

By: Nandang Burhanudin
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda