Breaking News
Loading...
Kamis, 27 Maret 2014

Info Post
Jakarta — Wakil Sekretaris Jenderal PKS Fahri Hamzah merasa heran dengan reaksi dari PDIP terkait kicauannya di account Twitternya. Dalam kicauannya, Fahri menyebutkan dosa-dosa partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri ketika menjadi penguasa.

Menurut anggota Komisi III DPR RI itu, apa yang dikemukakan adalah hal biasa dalam demokrasi dimana partai maupun sosok calon pemimpin harus siap dikritik.
"Saya heran kenapa mereka kok marah sekali? Saya kan hanya mengungkapkan fakta-fakta yang selama ini sudah ada. Saya cuma mengingatkan kembali supaya kita tidak lupa dengan apa yang telah terjadi semasa kepemimpinan PDIP dulu. Dalam demokrasi kita siap menelenjangani dan harus siap juga ditelanjangi. Jangan menggunakan alasan yang justru tidak masuk logika,” kata Fahri di Jakarta, Rabu (26/3).

Dalam berdemokrasi, lanjut Fahri, masyarakat selalu diajarkan untuk melihat rekam jejak partai maupun calon pemimpin karena dengan melihat itu, kita bisa memilih partai dan pemimpin yang benar. Masyarakat tidak lagi dibodohi dengan pencitraan-pencitraan yang semua seolah pro rakyat, nasionalis dan sebagainya padahal tidak ada buktinya.

“Kalau cuma bicara visi misi, apa yang akan dilakukan semua orang bisa ngomong.Tapi kalau bicara rekam jejak, orang seharusnya tidak bicara sembarangan karena itu tercatat seperti sejarah. Partai bisa berbohong dengan visi misi tapi tidak bisa berbohong dengan rekam jejak,” tegasnya.

Anggota Komisi III DPR RI ini pun heran kenapa PDIP dan Jokowi justru berani menampilkan kebohongan, padahal faktanya jelas bertolak belakang dengan apa yang mereka sampaikan belakangan ini. Bicara nasionalisme tapi ternyata fakta rekam jejaknya justru tidak nasionalis.

“Yang justru ditampilkan justru bertolak belakang dengan apa yang mereka tampilkan saat ini. Kalau begini saya dan masyarakat secara umum kan pasti mempertanyakannya. Lah ini ngomong nasionalisme, tapi dia jual Indonsat ke luar negeri. Teriak-teriak harga gas mahal, lah ini kan karena kebijakan mereka menjual gas tangguh secara murah sehingga untuk pasar dalam negeri kita harus impor sampai hari ini,” serunya.

Namun demikian, Fahri memahami sikap PDIP yang tidak menerima kritik karena faktor pernah mengalami duka yang dalam ketika pemilu 1999 saat berhasil memenangkan pemilu dengan suara 34 persen, tapi ternyata tidak berhasil mengantarkan calon yang mereka usung (Megawati Soekarnoputri) sebagai presiden.

"Mereka mungkin masih trauma, makanya tidak mau lagi kejadian pemilu 1999 terulang dalam pemilu 2014 ini. Saat itu PDIP menang, dan saat ini juga mereka juga sudah yakin menang. Tapi kalau ternyata kalah kan mereka pusing. Itu yang mereka khawatirkan," katanya. [Aktual.co
]
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda