Breaking News
Loading...
Senin, 19 Januari 2015

Info Post

Charlie Hebdo tak mewakili agama, tapi dianggap memulai Perang Salib

Tindakan provokatif majalah Charlie Hebdo dengan memuat kembali karikatur Nabi Muhammad pada edisi terbaru, Rabu, 14 Januari 2015, memicu meningkatnya konflik antar agama di banyak negara.


Charlie Hebdo yang telah memuat berbagai karikatur untuk menghujat para pemimpin agama, mengklaim tidak mewakili agama apa pun. Walau begitu, sebagian masyarakat di negara-negara Islam melihat Charlie Hebdo sebagai upaya provokasi umat Kristen.

Dilansir dari BBC, banyak surat kabar di Timur Tengah, bahkan yang selama ini memiliki pandangan moderat, mengkritik sampul depan Charlie Hebdo yang memuat karikatur Nabi Muhammad sedang meneteskan air mata, serta memegang tulisan "Je Suis Charlie."

"Charlie Hebdo melanjutkan provokasinya," demikian judul utama di halaman depan surat kabar Yordania, Al-Dustour. Bahkan di Aljazair, surat kabar Echourouk menyebut Charlie Hebdo berusaha memulai Perang Salib terbuka terhadap Muslim.

Surat kabar di banyak negara Muslim lainnya juga menyampaikan kritik tajam, mengecam tindakan provokatif Charlie Hebdo serta Pemerintah Prancis yang membiarkannya. Sementara beberapa media Barat, menulis peringatan akan dampak edisi terbaru Charlie Hebdo.

"Dikhawatirkan Charlie Hebdo mungkin memicu kekerasan lanjutan," tulis New York Times di halaman depannya. Di Turki, sejumlah cendekiawan mendesak Prancis dan negara-negara lain, menjadikan penghinaan terhadap agama sebagai pelanggaran hukum.

Idris al-Driss dalam artikelnya di surat kabar Arab Saudi, Al-Watan, menulis bahwa kebebasan berekspresi harus berakhir, dan tidak melewati batas yang menyerang rasisme. "Penghinaan terhadap agama, harus dianggap sebagai rasisme," tulisnya.


---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda