Pemerintah Jepang prihatin pada tingkat kelahiran yang rendah di negara
tersebut. Mengatasi hal ini, Jepang mendorong wanita untuk hamil muda,
lebih cepat lebih baik.
Diberitakan Asia One, Senin 20 Mei 2013,
tingkat kelahiran yang rendah diduga akibat banyak wanita Jepang telat
menikah dan menunda kehamilan hingga beberapa tahun. Pada 2011, tingkat
kelahiran Jepang hanya 1,39, jauh dari ambang batas aman dari penciutan
populasi, yaitu 2,07.
Pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe
rencananya akan mengeluarkan "buku catatan untuk wanita" berisikan
himbauan untuk menikah dan hamil muda. Dalam buku itu akan diketengahkan
rentang waktu yang tepat untuk kehamilan dan kelahiran.
"Ketika wanita semakin tua, maka akan semakin sulit hamil. Resiko bagi
ibu dan janin juga meningkat. Kita harus menyebarkan pengetahuan ini di
kalangan remaja wanita agar mereka bisa menjatuhkan pilihan dan
merencanakan kehidupan," kata Masako Mori, Menteri Pencegahan Penurunan
Populasi dan Perlindungan Konsumen Jepang.
Namun rencana ini dikecam
kaum Hawa di Negeri Sakura. Mereka merasa pemerintah telah
mengkambinghitamkan perempuan dalam penurunan populasi. Padahal, untuk
kelahiran anak perlu juga peran pria.
"Mereka seakan menyimpulkan
bahwa perempuan tidak punya pengetahuan soal hal itu. Ini bukan urusan
pemerintah," kata warga Natsuki Sasaya, 31. Protes juga datang dari
kubu oposisi di parlemen. "Terserah warga jika mereka mau menikah atau
memiliki anak," kata anggota dewan, Renho.
Peningkatan populasi menjadi salah satu bagian dari upaya peningkatan ekonomi yang akan diumumkan Abe bulan depan.
Untuk mendukung hal ini, pemerintah Jepang akan mensubsidi berbagai
kegiataan percintaan. Di antaranya adalah acara mencari jodoh,
menyediakan rumah murah bagi pasangan muda, dan memberikan kemudahan
bagi pasangan yang ingin segera memiliki momongan. (viva/20/5/13)
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda