Saya tergerak menulis artikel ini sambil merasakan kepedihan dan
kegalauan Maia dan Ahmad Dhani. Juga turut berduka cita yang sedalam
dalamnya bagi korban kecelakaan maut yang mengakibatkan enam orang tewas
akibat kendaraan yang dikemudikan Dul, melenceng keluar jalur dan
mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang fatal.
Tanpa kita menunjuk hidung Ahmad Dhani dan menuliskan daftar
kesalahannya, saya jujur merasa bahwa Ahmad Dhani menyesali hadiah ulang
tahun yang diberikan kepada Dul sebagai ekspresi rasa sayang seorang
ayah kepada anaknya. Segila apapun orang tua, tidak ada orang tua yang
menginginkan anaknya mengalami kecelakaan dan mencelakakan orang lain,
bahkan sampai merenggut nyawa sesama.
Siapa yang harus bertanggung jawab kalau sudah begini ?. Orang tua tentu
saja. Kelalaian Dul yang menyetir mobil di usia yang masih sedemikian
muda (tanpa memiliki SIM) pada jam yang tidak lumrah dengan alasan
mengantarkan pacarnya pulang, mengindikasikan satu hal bahwa fungsi
orang tua sebagai pengawas, pendidik dan pelindung anak tidak dijalankan
dengan baik.
Saya memiliki dua anak laki laki, 19 dan 18 tahun, juga satu putri
(bungsu) berusia 15 tahun, dan sampai pagi ini tidak habis heran
berpikir bagaimana mungkin seorang anak gadis belia yang menjadi pacar
Dul, perkiraan saya tentu usianya seumuran Dul, bisa diijinkan orang
tuanya untuk bepergian dengan sang pacar sampai subuh.
Sepertinya kesalahan bukan hanya ada pada Ahmad Dhani dan Maia, tapi
orang tua dari anak gadis belia pacarnya Dul perlu dipertanyakan cara
mendidik dan mengawasi anak, khususnya terhadap anak perempuan yang
sudah diijinkan untuk berpacaran dengan gaya “super metropolitan” seperti itu.
Terlalu jauh membandingkan dengan jaman saya berusia 13 tahun yang
hobby-nya membaca lima sekawan dan serial Tintin, serta balapan sepeda
di kompleks rumah, tapi saya mencoba lebih logis membandingkan dengan
anak anak saya, yang umurnya masih kurang lebih sepantaran dengan anak
anaknya Maia dan Dhani.
Usia 13 tahun anak anak sekarang sudah sangat cerdas, sehingga perkataan orang tua dan nasehat akan segera di counter-attack
oleh sang anak jika mereka menilai bahwa nasehat yang diberikan hanya
sebatas rangkaian kalimat indah tanpa pernah menyaksikan bagaimana orang
tua mereka mempraktekkan apa yang dinasehati. Walk the talk!. Tidak ada nasehat yang lebih manjur dan efektif daripada keteladanan orang tua.
Bakat musik yang dimiliki Maia dan Ahmad Dhani tidak usah diragukan,
dengan sangat jelas dan kentara terbukti diturunkan kepada ketiga anak
laki laki mereka yang gagah dan ganteng ganteng. Sungguh ini merupakan
berkat luar biasa dari Tuhan bagi Ahmad Dhani dan Maia untuk mereka
bimbing, jaga, dan besarkan agar menjadi anak anak yang mendatangkan
banyak kebaikan bukan saja bagi diri mereka sendiri dan orang tua, tapi
kepada masyarakat dan negara.
Ketiga anak saya sudah melewati usia 13 tahun, yang memang saya akui
merupakan usia kritis dimana cara berpikir mereka sudah sangat cerdas,
namun belum diimbangi dengan emosi yang stabil. Di usia seperti ini
justru peran keterlibatan orang tua sangat dibutuhkan untuk meluruskan
cara berpikir remaja yang sering kebablasan dan emosional, mengajarkan
etiket dan tata krama yang baik, dan menanamkan nilai nilai agama yang
memuliakan Tuhan dan sesama.
Tanpa bermaksud menggurui, karena masing masing orang tua memiliki
metode dan sistem berbeda dalam mendidik dan membesarkan anak, lewat
artikel ini saya hanya ingin berbagi berdasarkan pengalaman pribadi dan
observasi terhadap saudara maupun kenalan dekat yang memiliki anak anak
remaja 13-17 tahun.
Penting bagi orang tua untuk bisa membedakan “Kebutuhan” dengan “Keinginan” dari sang anak.
Barangkali kelalaian terbesar Ahmad Dhani adalah meluluskan segala
keinginan anak kesayangannya, sebagai ekspresi tanda cintanya sebagai
ayah kepada anaknya, diliputi kebanggaan bahwa sebagai orang tua, dia
mampu mewujudkan semua yang diminta anaknya.
Tidak semua yang diinginkan anak berusia 13 tahun itu perlu dan
bermanfaat. Bahkan tidak jarang yang diinginkan mereka malah bisa
membawa akibat buruk terhadap diri sendiri dan sesama. Disinilah fungsi
kontrol orang tua seharusnya berjalan dengan baik, dan dapat menyensor
serta mengharmoniskan kebutuhan dan keinginan yang disesuaikan dengan
keadaan ekonomi orang tua, dan pertumbuhan anak secara wajar dan sehat.
Berdasarkan pengalaman saya, ini yang dibutuhkan anak usia 13 tahun :
- Pendidikan dan sekolah yang baik dan bermutu. Jika
kita menginginkan bangsa ini maju, maka pendidikan adalah kata kuncinya.
Anak usia 13 tahun harus bersekolah dan bergaul dengan baik dan
diajarkan tata krama dan sopan santun agar memahami bagaimana
memperlakukan teman temannya dengan baik, menghormati orang tua, guru
dan sesama.
- Makanan dan gizi yang baik untuk memaksimalkan pertumbuhan.
Termasuk di dalamnya pola hidup sehat yaitu disiplin akan pengaturan
jam tidur, bermain dan belajar yang seimbang. Tidur yang cukup itu
penting bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
- Gadget yang sesuai untuk kebutuhan komunikasi dan membantu mereka dalam pendidikan. Saya pribadi menamkan kepada anak anak bahwa gadget dibeli sesuai dengan kebutuhan, dan bahwa etika dalam menggunakan HP maupun smart phone
adalah mutlak. Pergaulan dan interaksi secara langsung dengan teman
teman seusia mereka tetap diperlukan untuk membantu mereka belajar
bersosialisasi, dan bahwa pergaulan yang baik dan benar itu membutuhkan
keterlibatan secara langsung, dan tidak semata mata lewat internet dan
dunia maya.
- Perhatian dan kasih sayang orang tua lewat kehadiran secara langsung. Tahu apa anak usia 13 tahun dengan segala definisi quality time ?. Maaf, bagi saya kata quality time lebih sering dipelesetkan dan dijadikan senjata oleh orang tua yang sibuk diluaran dan tidak punya waktu dengan anak anak. Quality time
bagi anak anak saya adalah kehadiran saya dirumah ketika mereka pulang
sekolah dan bercerita tentang kejadian seru sambil makan dengan lahap
makanan yang sudah disediakan dirumah.
Quality time adalah mengantarkan pagi pagi anak saya ke sekolah
sambil memberi semangat kepada mereka untuk siap menghadapi ulangan
atau ujian kenaikan kelas, dan menanyakan sekiranya ada yang diperlukan
untuk membantu mereka lebih menguasai pelajaran. Quality time adalah secara konsisten mengingatkan mereka bahwa apapun dalam hidup ini, hak itu selalu diikuti dengan tanggung jawab.
- Anak 13 tahun memerlukan role model dan keteladanan yang baik dari ibu dan ayah.
Dalam kasus dimana orang tua bercerai, maka seharusnya keegoisan dan
ketidak cocokan orang tua dikesampingkan demi anak anak. Mereka
membutuhkan kasih sayang ibu dan perlindungan ayah secara konsisten dan
proporsional. Jikapun perceraian harus terjadi, dan itu sudah merupakan
pilihan yang tidak terelakkan, maka masing masing orang tua berkewajiban
untuk tetap menjalankan fungsi mereka sebagai orang tua dan tidak
menjelek jelekkan mantan pasangan.
Memiliki anak adalah pilihan yang dilakukan oleh dua orang dewasa yang
terikat dalam pernikahan. Anak tidak memilih untuk dilahirkan. Sudah
seharusnya ketika pilihan ini diambil, maka tanggung jawab yang melekat
di dalamnya dalam melahirkan , membesarkan, mendidik dan mendampingi
mereka, dipenuhi oleh orang tua dalam semangat mencintai anak anak
kita, sampai mereka dewasa dan cukup umur untuk bertanggung jawab atas
hidup mereka masing masing.
Mudah mudahan kita selalu dapat memenuhi apa yang dibutuhkan
oleh anak anak kita, dan bukan sekedar memberikan apa yang diinginkan
mereka dalam usia remaja yang masih labil.
Mudah mudahan Ahmad Dhani dan Maia dapat mengambil hikmah dari kejadian
ini, dan sekaligus memberi kita pelajaran bermakna bahwa kasih sayang
dan kehadiran orang tua tidak dapat digantikan oleh hadiah apapun.
Hadiah terbesar yang bisa kita berikan bagi anak anak adalah
saling mencintai dan menghargai antara sang ayah dan ibu, dan bersama
sama membesarkan anak dalam keluarga yang harmonis.
[Ellen Maringka - Mother, Wife, Friend.
~ Accept no one's definition of your life ! ... Define yourself.~
]
[Kompasiana]
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda