FREEMASONRY (bahasa Inggris) atau Vrijmetselarij (bahasa Belanda) adalah sebuah organisasi persaudaraan internasional. Freemasonry pada zaman modern dimulai dengan berdirinya Grand Lodge di
London, Inggris pada tahun 1717. Sebagian peneliti Barat berkeyakinan
bahwa Freemasonry sebenarnya sudah didirikan di Skotlandia pada abad
ke-14, saat Ksatria Templar ditumpas oleh Raja Perancis Philipe le Bel
dan Paus Klemens V.
Di Skotlandia, Templar ini menyusup ke dalam Serikat Tukang Batu
(Mason) dan menguasai gilda-gilda serikat pekerjanya (Loji). Mereka
kemudian memproklamirkan diri sebagai Freemasonry, sebuah istilah yang
sebenarnya nama lain dari perkumpulan Kabbalah Yahudi-Talmud. Dari
Eropa, Freemasonry yang terbagi dalam dua kelompok besar (Ritus
Skotlandia dan Ritus York) menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Hindia
Belanda.
Maskapai perdagangan Hindia Belanda, VOC, merupakan maskapai
perdagangan terbesar dunia kala itu dan dimiliki oleh Freemasonry. Nona
Helena Blavatsky dan Kolonel Henry Steel Olcott tercatat sebagai
orang-orang yang membawa gerakan mistik ini ke Nusantara.
Organisasi ini mengklaim di seluruh dunia mereka memiliki anggota
sebanyak 5 juta jiwa. Beberapa gereja Eropa melarang umatnya menjadi
anggota gerakan ini.
Freemasonry di Indonesia
Di Hindia-Belanda dahulu, rumah pertemuan kaum Vrijmetselarij, dalam bahasa Belanda Loge atau
Loji dalam bahasa Indonesia seringkali disebut sebagai “rumah setan”.
Sejak zaman presiden Soekarno, gerakan ini dilarang di Indonesia.
Februari 1961, lewat Lembaran Negara nomor 18/1961, Presiden Soekarno
membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran
Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang
membubarkan dan melarang Freemasonry dan segala “derivat”nya seperti
Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary, dan Baha’isme. Sejak
itu, loji-loji mereka disita oleh negara.
Namun 38 tahun kemudian,
Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Keppres nomor 264/1962 tersebut
dengan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000.
Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok Yahudi seperti Organisasi
Liga Demokrasi, Rotary, Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge (Loge
Agung Indonesia) atau Freemasonry Indonesia, Moral Rearmament Movement,
Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC) dan Organisasi
Baha’i menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.
Loji-loji Freemasonry ternama di Nusantara tersebar di hampir semua
wilayah di Indonesia seperti di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Jawa,
Surabaya, Sulawesi, dan sebagainya.
Salah satu yang paling terkenal adalah Adhuc Stat alias Loji Bintang
Timur yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat, yang kini dipakai sebagai
Gedung Bappenas. Dulu, gedung ini dikenal masyarakat luas sebagai
Gedung Setan, karena sering dipakai sebagai tempat pemanggilan arwah
orang mati oleh para angota Mason.
Dr. T.H. Stevens, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya berjudul
“Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia
1764-1962″, yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Sinar
Harapan dalam jumlah yang sangat terbatas, banyak memaparkan tentang
gerakan dan tokoh-tokoh Freemasonry di Indonesia. Tokoh-tokoh Mason
Indonesia menurut buku tersebut —yang dilengkapi foto-foto ekslusif
sebagai buktinya— banyak menyangkut nama-nama terkenal seperti Sultan
Hamengkubuwono VIII, RAS. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, Paku Alam
VIII, RMAA. Tjokroadikoesoemo, dr. Radjiman Wedyodiningrat, dan banyak
pengurus organisasi Boedhi Oetomo. Freemasonry secara bahasa terdiri
dari dua kata, Free dan Mason. Free artinya merdeka dan mason artinya
tukang bangunan. Dengan demikian Freemasonry secara etimologis berarti
“tukang-tukang bangunan yang merdeka”.
Secara hakikat, Freemasonry atau Al-Masuniyyah (dalam bahasa Arab)
adalah sebuah organisasi Yahudi Internasional bawah tanah yang tidak ada
hubungannya dengan tukang-tukang bangunan yang terdapat pada abad
pertengahan. Freemasonry di atas juga tidak ada hubungannya dengan
kegiatan pembangunan kapal atau katedral besar seperti yang banyak
diduga oleh sebagian orang. Tetapi maksud Freemasonry di sini adalah
tidak terikat dengan ikatan pihak manapun kecuali sesama freemason.
Freemasonry berasal dari gerakan rahasia yang dibuat oleh sembilan
orang Yahudi di Palestina pada tahun 37 M, yang dimaksudkan sebagai
usaha untuk melawan pemeluk Masehi, dengan cara pembunuhan terhadap
orang per-orang. Menurut buku Kabut-kabut Freemasonry, salah seorang
yang disebut sebagai pendirinya adalah Herodes Agrida I (meninggal 44
M). Ia dibantu oleh dua orang Yahudi, Heram Abioud dan Moab Leomi.
Freemasonry selanjutnya menempatkan dirinya sebagai musuh terhadap agama
Masehi maupun Islam.
Pada tahun 1717 M gerakan rahasia ini melangsungkan seminar di London
di bawah pimpinan Anderson. Ia secara formal menjabat sebagai kepala
gereja Protestan, namun pada hakikatnya adalah seorang Yahudi. Dalam
seminar inilah gerakan rahasia tersebut memakai nama Freemasonry sebagai
nama barunya. Sebagai pendirinya adalah Adam Wishaupt, seorang tokoh
Yahudi dari London, yang kemudian mendapatkan dukungan dari Albert Pike,
seorang jenderal Amerika (1809-1891).
Organisasi ini sulit dilacak karena strukturnya sangat rahasia,
teratur, dan rapi. Tujuan gerakan Freemasonry secara umum adalah:
1.Menghapus semua agama.
2.Menghapus sistem keluarga.
3.Mengkucarkacirkan sistem politik dunia.
4.Selalu bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia dan
merusak kehidupan politik, ekonomi, dan sosial negara-negara non-Yahudi
atau Goyim (sebutan dari bangsa lain di luar Yahudi).
Tujuan akhir dari gerakan Freemason adalah mengembalikan bangunan
Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha, di kota Al-Quds
(Yerussalem), mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan
Zionis Internasional, seperti yang diterapkan dalam Protokol para
cendekiawan Zionis.
Buku Protokol ini berisikan langkah-langkah yang telah ditetapkan
oleh para hakkom, catatan pembicaraan yang dilakukan di dalam setiap
rapat mereka, serta berisikan 24 bagian (ayat) yang mencakup rencana
politik, ekonomi, dan keuangan, dengan tujuan menghancurkan setiap
bangsa dan pemerintahan non-Yahudi, serta menyiapkan jalan penguasaan
bagi orang-orang Yahudi terhadap dunia Internasional.
Dalam gerakannya, Freemasonry menggunakan tangan-tangan cendekiawan
dan hartawan Goyim, tetapi di bawah kontrol orang Yahudi pilihan. Hasil
dari gerakan ini di antaranya adalah mencetuskan tiga perang dunia, tiga
revolusi (Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Industri di
Inggris), melahirkan tiga gerakan utama (Zionisme, Komunisme, dan
Nazisme).
Freemansory terbagi ke dalam tiga tingkatan:
1.Majelis Rendah atau Freemansory Simbolis;
2.Fremansory Majelis Menengah; dan
3.Fremansory Majelis Tinggi.
Dalam penerimaan keanggotaan, Freemasonry tidak mempersoalkkan agama calon anggota. Bahkan calon anggota disumpah sesuai dengan agama yang dianutnya.
Dalam Freemasonry diadakan model kenaikan pangkat hingga level ke-33
bagi orang-orang Goyim. Orang-orang yang berhasil dijaring kemudian
diberikan tugas untuk menyebarkan paham Freemasonry dan bekerja untuk
merealisasikan tujuannya.
Orang-orang
tertarik kepada Freemasonry karena mereka menganggap bahwa organisasi
ini bergerak di bidang kemanusiaan. Di balik itu mereka menanamkan
doktirn “Pengembangan Agama” atau “Polotisme”, yang mengatakan semua
agama itu sama, baik, dan benar. Lebih jauh Freemasonry dengan secara
halus membawa anggotanya memahami Atheisme.(Pz/Islampos)
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda