Karyati (69) sedang mempersiapkan baju-baju yang akan dibawa naik haji, 29 September 2013. Sehari-hari ia bekerja jadi pemulung |
PROBOLINGGO - Tak sia-sia doa dan kerja keras yang dilakukan dari siang hingga malam hari oleh Karyati Binti Halil (69) setiap hari di Masjid Ar-Rahman, mengantarkannya naik haji, 29 September 2013.
"Ya, senang, tidak semua orang bisa berangkat naik haji," kata ibu
empat orang anak ini ditemui Surya (grup Tribunnews.com) di rumahnya,
RT14/ RW05, Dusun Raas, Desa Pondok Wuluh, Kecamatan Leces, Probolinggo.
Maklum, nenek 11 cucu ini, sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang
urup-urup atau pengumpul rongsokan (pemulung) kertas bungkus makanan dan
botol serta gelas plastik air mineral untuk mendapatkan uang.
Mbok Karyati, panggilan akrabnya, mengatakan, keinginanya untuk naik haji
sudah ada sejak Tahun 2008. Pada waktu itu, ia mendaftar menjadi calon
jemaah haji dengan membayar 20 juta rupiah. Uang tersebut merupakan
hasil tabungan dan penjualan perabotan serta warung kelontong miliknya.
Karyati mengatakan, dia memutuskan untuk berhenti berjualan setelah
sempat berselisih paham dengan penjual warung yang berada tak jauh dari
warung miliknya.
Karena tidak memiliki pekerjaan lagi, akhirnya dia memutuskan untuk
mencari uang dengan mengumpulkan rongsokan di halaman Masjid Ar-Rahman
di Jalan Leces, sekitar 1 kilometer dari rumahnya.
Setelah lima tahun, uang tabungannya terkumpul Rp 16 juta, yang kemudian ia bayarkan untuk melunasi pembayaran biaya naik haji.[tribunnews.com]
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda