Kisah percintaan memang selalu menarik untuk disimak, apalagi kisah
cinta sang presiden dan ibu negara saat masih muda. Dari pandangan
pertama yang biasa saja, rasa cinta lalu timbul seiring dengan
berjalannya waktu.
Panah asmara Ibu Ani dan Presiden SBY bermula saat Ani muda, yang sedang
kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI)
berlibur ke Magelang, Jawa Tengah. Di Magelang, ayahanda, Sarwo Edhie
Wibowo kebetulan menjadi Gubernur AKABRI.
Pada suatu hari, sebuah acara digelar oleh kampus AKABRI, Magelang yakni
peresmian Balai Taruna. Karena tidak ada kegiatan, Kristiani Herawati,
atau Ani muda diajak sang ayah dan ibu untuk menghadiri acara tersebut.
Sebagai Gubernur AKABRI, Sarwo Edhie menggunting pita peresmian balai
yang akan dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan ekstra kurikuler para
taruna tersebut.
Tak ada istimewa dari acara itu bagi Ani. Ani pun tidak berlagak keren di hadapan para taruna, meski dia adalah anak Gubernur AKABRI yang meresmikan acara itu. "Sebuah pemandangan yang sebetulnya tidak terlalu asing. Karena aku dibesarkan di komplek tentara. Yang beda adalah semua Taruna masih belia," kata Ibu Ani dalam buku biografinya berjudul "Kepak Sayap Putri Prajurit" yang diterbitkan pada 2010 lalu.
Tak ada istimewa dari acara itu bagi Ani. Ani pun tidak berlagak keren di hadapan para taruna, meski dia adalah anak Gubernur AKABRI yang meresmikan acara itu. "Sebuah pemandangan yang sebetulnya tidak terlalu asing. Karena aku dibesarkan di komplek tentara. Yang beda adalah semua Taruna masih belia," kata Ibu Ani dalam buku biografinya berjudul "Kepak Sayap Putri Prajurit" yang diterbitkan pada 2010 lalu.
Hingga muncullah sosok jangkung yang membuat mata Ani tidak berkedip
beberapa saat. Taruna jangkung itu tak lain ternyata adalah SBY muda
yang ternyata adalah komandan acara itu.
"Aku memperhatikan siluet tubuhnya yang sangat jenjang. Kemudian tidak
ada yang membekas di hatiku saat itu kecuali hanya sempat berucap dalam
hati, betapa tingginya Taruna ini. Setelah itu aku dan ibu sudah asyik
memperhatikan riuhnya acara berjalan," kenang Ani dalam bukunya, di
halaman 143.
Esok harinya, saat Ani sedang berada di rumah dinas ayahnya di kompleks AKABRI, tiba-tiba dia melihat sosok yang sudah tak asing lagi. Ani lagi-lagi terpana dengan sosok jangkung yang dilihatnya kemarin. Kali ini jarak keduanya lebih dekat. Ani pun mengaku bisa lebih fokus menganalisa pria jangkung ini.
"Wajahnya tampan. Atribut seragamnya, dengan tali komandan tersemat di dada, membuat terlihat gagah dan berwibawa. Kami sempat berkenalan. Dia menyebut namanya Bambang, aku mengenalkan diri dengan, Ani," cerita Ibu Ani.
Esok harinya, saat Ani sedang berada di rumah dinas ayahnya di kompleks AKABRI, tiba-tiba dia melihat sosok yang sudah tak asing lagi. Ani lagi-lagi terpana dengan sosok jangkung yang dilihatnya kemarin. Kali ini jarak keduanya lebih dekat. Ani pun mengaku bisa lebih fokus menganalisa pria jangkung ini.
"Wajahnya tampan. Atribut seragamnya, dengan tali komandan tersemat di dada, membuat terlihat gagah dan berwibawa. Kami sempat berkenalan. Dia menyebut namanya Bambang, aku mengenalkan diri dengan, Ani," cerita Ibu Ani.
Ani pun mengaku sempat grogi. Pertemuan keduanya dengan Bambang, tak
bisa dianggap main-main. Ani mengakui, dia penasaran pada pemuda tampan
itu. Ketika Sarwo Edhie menemui Bambang di ruang tamu, Ani tidak mau
jauh-jauh dari pintu penghubung antara ruang dalam dan ruang tamu.
Alasannya, apalagi kalau bukan hendak berusaha mengintip sang Taruna
tampan, Bambang. Ani pun mulai mengagumi sosok Bambang.
Saat Bambang pulang, Ani tak segan-segan menanyakan tentang sosok Bambang kepada sang ayah. Kata sang ayah, Bambang adalah Taruna asal Pacitan yang cerdas dan luar biasa. Dia memiliki jiwa kepemimpinan yang begitu khas, tenang dan penuh filosofi.
Ibunda Ani pun juga terkesan dengan sosok SBY muda. "Dia santun dan dewasa sekali," cerita Ani menirukan ibunya, Sunarti Sri Hadiyah.
"Tidak bisa dipungkiri lagi, aku dan SBY jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak tahu siapa yang lebih dulu suka, yang pasti tidak berapa lama setelah pertemuan di Magelang itu, surat-surat SBY mengalir deras padaku. Dan di antaranya, akhirnya dia menyatakan cinta," ungkap Ani dalam buku 479 halaman tersebut.
Keduanya pun akhirnya menikah dan dikaruniai dua orang anak, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
Saat Bambang pulang, Ani tak segan-segan menanyakan tentang sosok Bambang kepada sang ayah. Kata sang ayah, Bambang adalah Taruna asal Pacitan yang cerdas dan luar biasa. Dia memiliki jiwa kepemimpinan yang begitu khas, tenang dan penuh filosofi.
Ibunda Ani pun juga terkesan dengan sosok SBY muda. "Dia santun dan dewasa sekali," cerita Ani menirukan ibunya, Sunarti Sri Hadiyah.
"Tidak bisa dipungkiri lagi, aku dan SBY jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak tahu siapa yang lebih dulu suka, yang pasti tidak berapa lama setelah pertemuan di Magelang itu, surat-surat SBY mengalir deras padaku. Dan di antaranya, akhirnya dia menyatakan cinta," ungkap Ani dalam buku 479 halaman tersebut.
Keduanya pun akhirnya menikah dan dikaruniai dua orang anak, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
---
Komentar anda
Cinta yg diberkahi.....
BalasHapus