JAKARTA - Fenomena tahanan pendamping (taping) atau pelayan pribadi
seorang tahanan belakangan menjadi sorotan, setelah Gubernur Banten Ratu
Atut Chosiyah diketahui memiliki taping di rumah tahanan (rutan) Pondok
Bambu, Jakarta Timur.
Taping bertugas memenuhi seluruh kebutuhan dari seorang tahanan, dengan gaji per bulan yang nominalnya sesuai dengan kesepakatan. Taping tersebut juga berasal dari rahanan yang mendekam di rutan tersebut.
Praktek seperti ini pada dasarnya adalah sebuah pelanggaran. Namun kenyataanya taping tetap saja marak di tiap rutan meskipun hal itu juga sudah diketahui oleh petugas rutan.
"Prakteknya sudah umum ada seperti itu, padahal seharusnya tidak boleh. Banyak praktek-praktek yang terjadi seperti itu memang," kata Anggota Komisi Hukum DPR RI, Martin Hutabarat kepada Okezone di Jakarta, Selasa (24/12/2013) malam.
Martin menambahkan, praktek taping ini biasanya dikendalikan oleh seorang tahanan yang dianggap berkelakuan baik oleh petugas. Tahanan itulah yang menentukan gaji bagi taping terhadap tuannya. "Yang sering itu petugas-petugas yang seolah napi-napi yang baik yang dipekerjakan di sana. Dan ini mereka yang mengatur semuanya, berapa tarifnya, apa tugasnya," ungkap politikus Partai Gerindra ini.
Diberitakan sebelumnya, meski di bui, Ratu Atut Chosiyah tidak kehilangan kekuasaannya menjadi 'nyonya besar'. Atut tetap menjadi 'ratu' yang memiliki asisten pribadi.
Asisten pribadi yang biasa disebut tahanan pendamping (taping) itu siap melayani kepentingannya, seperti mencuci baju dan membelikan makanan di kantin. "Sudah ada tapingnya, buat layanin dia beliin makanan, cuci baju, segalanya diurusin taping," kata seorang sumber kepada Okezone di Rutan Pondok Bambu, Senin 23 Desember kemarin.
Tarif menjadi tahanan pendamping beragam, mulai dari Rp500 ribu hingga Rp1,5 juta setiap bulannya. Tergantung dengan siapa taping itu bekerja. "Kalau orang biasa, paling kasih gajinya Rp500 ribu, kalau yang seperti Angelina Sondakh, Atut mungkin bisa jutaan," paparnya.
Taping yang dipekerjakan Atut seharusnya di tahan di dalam blok tahanan umum, namun demi mengikuti majikannya, warga binaaan itu rela masuk kembali ke sel karantina di C 13. "Saat dia mau salat ke masjid dia juga diantar empat pengawal," imbuhnya. (okezone/25/12/13)
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda