E Magazine - Lazimnya kehidupan bersosial, jatuh cinta dan putus cinta itu hal biasa. Di dunia dakwah pun demikian. Ada yang dahulu dikenal sangat gigih mengajak kita bergabung. Ada juga sosok pementor yang penuh wibawa menggiring kita untuk bersama. Ada yang setiap kali berpeluk mesra kala bertemu. Namun kini orang-orang yang kita kenal itu berubah 180 derajat. Dari cinta menjadi benci. Bahkan tak sedikit para mentor yang meraih beragam julukan, kini memposisikan sebagai lawan.
Akan tetapi, karena ikatan cinta itu telah melekat sekian lama. Para mantan itu tak bisa menghapus 100 % memori interaksinya. Muncullah istilah mantan terindah dan mantan nggak genah. Mantan terindah melakukan hijrah fisik. Namun pikiran, perasaan, dan kasih sayang masih tetap bersatu -dalam hal ini- dengan PKS. Karakter tipe ini; konsisten dalam bersikap. 'Uzlah dari segi fisik. Tetap aktif memberi nasihat dan memberikan rambu-rambu bagi aktivis dakwah di PKS. Bagi mantan terindah, PKS adalah aset. Perlu terus dijaga, dirawat, dan dibimbing. Jika ada borok, harus diobati. Jika ada salah, harus terus dimuhasabah. Hal ini yang saya baca dari status twitter DR. Daud Rasyid misalnya. Juga Prof. Didin Hafidudin, KH. Ihsan Tanjung, dan lain-lain.
Mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku
Dan saat ini engkau selalu ingin bertemu
Dan mengulang jalin cinta
Mau dikatakan apa lagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau disana aku disini
Meski hatiku memilihmu
Andai ku bisa ingin aku memelukmu lagi
Di hati ini hanya engkau mantan terindah
Yang selalu kurindukan
Namun ada mantan yang nggak genah. Istilah Jawa yang berarti, mantan yang kurang baik sikapnya dan kurang patut komentarnya. Ibarat pasangan suami istri yang sudah bercerai. Tapi masih hobi mengumbar aib mantan istri atau mantan suaminya. Padahal ia yang paling pertama menjadi penikmat, dari mulai status, jaringan, fasilitas, hingga hak privilage.
Justru yang saya rasa aneh bin ajaib. Para mantan ini menceraikan dakwah setelah menikmati status sebagai anggota dewan atau jabatan-jabatan yang ia raih tanpa modal. Lantas karena terjerat kasus atau ada salah paham, ia pun mundur teratur dan say good bye. Kemudian ia sibuk di luar memuntahkan unek-unek selama berada di PKS. "Wah PKS bobrok! Pejabatnya borok! Kerjaannya ngorok! Saya sudah tidak cocok!" Ia tak sadar, bahwa yang ia ungkapkan adalah PKS di masa dirinya. Jadi sebenarnya ia sedang mengungkapkan aib dirinya sendiri. Karena ia tidak tahu, PKS dan kadernya sudah move on!
By: Nandang Burhanudin
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda