Aktivis gerakan Syiah, Ahmad Taufik digadang-gadang akan menjadi salah
satu calon pimpinan KPK. Bersama Busyro Muqoddas, nama Ahmad
Taufik akan diajukan panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) kepada presiden.
Umat
Islam Indonesia akan ‘kecolongan’ dua kali jika Ahmad Taufik berhasil jadi
pimpinan KPK. Sebelumnya, tokoh Syiah Indonesia Jalaludin Rahmat sukses
menjabat sebagai anggota DPR RI untuk periode 2014-2019.
Seperti
dikutip Tribunnews, dua nama tersebut memang telah bocor ke publik tanpa
diketahui siapa penyebarnya.
“Iya
dua nama yang sudah beredar itu. Nggak tahu kok malah bocor,” ujar sumber
tersebut saat dihubungi, Rabu, (15/10).
Dua
nama tersebut hingga kini belum diserahkan ke Presiden SBY karena ketiadaan
waktu Presiden menerima Pansel Calon Pimpinan KPK. Berdasarkan aturan, Presiden
harus menerima dua nama calon tersebut sebelum jabatan berakhir atau sebelum 20
Oktober 2014.
Sebelumnya,
enam calon pimpinan KPK yang mengikuti seleksi wawancara adalah mantan anggota
Dewan Perwakilan Daerah I Wayan Sudirta, Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas,
Kepala Bidang Hubungan Internasional Sekretariat Kabinet Robby Arya Brata,
jurnalis dan advokat Ahmad Taufik, dosen hukum Universitas Pelita Harapan Jamin
Ginting dan spesialis perencanaan dan anggaran Biro Rencana Keuangan KPK
Subagio.
Ahmad
Taufik adalah aktivis Garda Kemerdekaan, sayap organisasi Syiah di Indonesia.
Pada tahun 2011, Garda Kemerdekaan dan Yayasan Saifik pernah membuka
pendaftaran bagi relawan Indonesia untuk berangkat ke Suriah.
Ahmad
Taufik yang berprofesi sebagai advokat sekaligus jurnalis senior itu tak
menampik adanya pendaftaran untuk tim relawan ke Suriah.
“Tapi
yang harus digarisbawahi bahwa relawan tersebut tidak untuk bertempur, tapi
sebagai relawan kemanusiaan seperti halnya ormas Islam lainnya di Indonesia
yang mengirimkan relawan kemanusiaannya ke Suriah,” ujar Taufik, sebagaimana
diberitakan situs resmi ormas syiah, ahlulbaitindonesia.org pada 2 Desember
2011 lalu.
“Jadi
benar bahwa kita memang membuka pendaftaran untuk relawan kemanusiaan tapi
kemudian kita tutup setelah enam bulan, karena tidak dapat ijin dari pemerintah
Suriah untuk mengirim relawan kemanusiaan kesana. Kami kesana bukan untuk
berperang tapi hanya untuk bantu-bantu saja, bantu masak, misalnya,” jelas Ahmad
Taufik seperti diberitakan Kiblat
Net.
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda