Jakarta dikala senja |
By: Nandang Burhanudin
Kemarin sore, sekira ba'da Maghrib, saya berangkat ke Jakarta
untuk suatu kebutuhan. Ongkos Primajasa Ekonomi tasik-Jakarta, naik dari 45.000
ke 60.000. Saya sendiri membayar 38.000 dari biasa 30.000. Ongkos yang baru
saja naik dari sebelumnya 26.000.
Sepanjang perjalanan saya manfaatkan untuk istirahat. Plus
tentunya sekedar merenung, betapa negeri ini tanpa sadar dikuasai "ketidakpatuhan" dari
level tertinggi elit politik hingga level terendah masyarakat alit.
Ya. Mirip bus AC Primajasa. Sopir+kernet plus
penumpang sama-sama merokok. Padahal larangan merokok sangat jelas. Mereka sama
sekali tak peduli dengan kondisi sesak nafas seluruh penumpang. Ironisnya, saat
diingatkan malah balik emosi dan ngeles 1001 alasan. Seakan merokok di ruang
ber-AC adalah sah. Selama pelakunya adalah sopir dan kernet bis. Ditambah
dukungan massa "penumpang" yang nampak euforia kebebasan.
Ya. Sungguh fenomena yang sangat mirip dengan
negeri ini. Pelanggaran menaikkan BBM dan tindakan aparat yang represif
terhadap demonstran, dialihkan dengan berita Lurah Jok GOndok yang berangkat ke
negeri Jiran menggunakan pesawat ekonomi. Supaya lebih dramatis. Dihadirkan
peristiwa bentrok antara aparat Brimob dan tNI di Batam. Padahal ki Lurah Jok
Gondok sudah melakukan kesalahan konstitusional, menaikkan harga hajat orang
banyak tanpa persetujuan Dewan Permusyawaratan yang sah.
Seperti halnya penumpang bis tadi. Semua sibuk
euforia kebebasan. tanpa pernah sadar, merokok apalagi di ruangan ber-AC adalah
kejahatan dan merusak diri plus menghancurkan orang lain. Namun semua berpesta
pora. Padahal rokok yang didapat tidak gratisan tentunya!
Inginnya saya keluar dan berganti bus. Ada memang
bus Budiman dengan ongkos Flat. Namun bus Budiman yang relatif aman dari rokok
dan lebih tertib (tidak menaik-turunkan penumpang di tol), kedatangannya tidak
jelas. Mirip merindukan khilafah, tapi tak bisa mengandalkan dari perjuangan
yang tidak jelas kapan datangnya! Sambil komplain ke perusahaan PO, saya pun
terpaksa pulang dengan bus yang sama. Seperti hidup di Indonesia, walaupun
presidennya seberkualitas Sopir!
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda