Ingatkah anda cerita saya tahun lalu
mengenai santri putra berusia 11 tahun yang mampu menghafal satu juz dalam 6
jam, santri bernama Luthfi Azzam putra dari ibu Dhew
Tatsbita itu melesat kemampuannya dalam sebuah program tahfidz
yang bernama SUPER MANZIL. Dan rekan-rekan azzam yang lain mampu menyelesaikan
satu juz dalam waktu sehari sampai dua hari. Semuanya dalam program super
manzil.
Di awal
tahun ini Al-Hikmah kembali menggelar program SUPER MANZIL. Dimulai pada
tanggal 11 januari dan akan berakhir tanggal 11 februari. Program ini di ikuti
oleh 16 santriwati yang layak mengikutinya, dan 9 orang peserta percobaan.
Namun maha suci Alloh… semua peserta mampu mencapai target tinggi di separuh
perjalanan. Bahkan pada pekan ke tiga, mereka sudah jauh melampaui targetnya.
Risqa adalah salah satunya.
Gadis
berusia 17 tahun ini datang ke alhikmah dengan hanya membawa hafalan kurang
dari satu juz. Juz 30 yang belum rampung itulah modalnya saat resmi diterima
sebagai santri Al-Hikmah Bogor pada pertengahan bulan november 2014. Dua bulan
kemudian hafalannya melesat menjadi 10 juz. Sangat mengagetkan karena 10 juz
itu bukan sekedar setoran saja, namun juga berikut muroja’ahnya. Ia
mentasmi’kan seluruh setorannya yg 10 juz tsb. Saya takjub dengan
pencapaiannya, bahkan suami saya sebagai perancang metodenya, merasa tak
percaya. Karena dalam dua bulan pertamanya itu, Risqa bukan hanya setor 10 juz.
Namun sekaligus melahap dua metode muroja’ah: leveling dan PMC. Jelaslah dengan
dua paket metode itu hafalannya mutqin.
Di akhir
Desember 2014 kami mengadakan tes seleksi untuk program super manzil. Risqa
lulus pada program itu dengan prediksi hafalannya akan melejit ke juz 18. Namun
perhitungan kami keliru, ternyata ia sanggup menyelesaikan seluruh hafalannya
hanya dlm tiga pekan. Ya.. Risqa mampu menghafal lebih dari satu juz perhari.
Saya dan
suami sengaja datang ketika tadi pagi ia menyetorkan juz 30, juz terakhirnya.
Ia menyetorkan juz terakhirnya itu sambil terbata-bata dan linangan airmata.
Semua yang hadir meneteskan air mata haru, terlebih saat ia tersungkur sujud
begitu mengakhiri surat An-Naas.
Kami semua
memeluknya dengan tangisan bangga. Bukan karena ia penghafal yg fantastis, atau
pencapaiannya yang spektakuler. Namun karena kami tahu betul tekadnya yang
membaja dan kerja kerasnya yang luar biasa. Ia tak pernah mau meninggalkan
aktivitas tilawah dan menghafal meski tubuhnya didera sakit.
Sore tadi seusai tasmi’ kami menanyakan sujudnya yang di ulang sampai tiga
kali. Ia menunduk, mengusap air matanya. Lalu katanya “semua ini semata-mata
karena kemudahan dari Alloh”
mulai
bulan mei tahun ini kami mau membuka program super tahfidz ini di bandung,
wahai warga bandung... adakah yang mau bekerjasama dlm program mulia ini.
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda