Berdampak
buruk buat kesehatan, Efeknya sangat terasa
|
Bepergian dengan pesawat ke tujuan favorit mungkin tampak seperti
menyenangkan, tapi bagi tubuh manusia, itu neraka.
Meski terbang satu jam di
ketinggian 30.000 kaki atau melintasi beberapa zona waktu, efeknya sangat
terasa bagi pikiran, tubuh dan ritme sirkadian (siklus 24 jam yang sangat
penting untuk menentukan pola tidur dan makan makhluk hidup).
Tekanan, kelembaban,
kondisi tempat sempit dan tingkat oksigen yang rendah menciptakan badai yang
sempurna bagi gejala pusing, bengkak pada sendi, kulit kering, matinya indera
pengecap (lidah) dan bahkan bau mulut. Berikut ini ulasannya;
Bau Mulut
Banyak fungsi tubuh
bekerja lambat saat dalam penerbangan sebagai akibat perubahan dramatis dalam
metabolisme. Tubuh akan memutuskan melakukan fungsi berdasarkan prioritas.
Salah satunya, kelenjar
ludah yang terkena dampak akan menghasilkan lebih sedikit air liur. Ini berarti
lebih banyak bakteri tumbuh di dalam mulut sehingga menyebabkan bau mulut.
Terlebih selama
perjalanan, orang cenderung makan snack dan minum minuman mengandung gula atau
cokelat. Bakteri akan semakin tumbuh subur di dalam mulut. Partikel makanan
yang tertinggal di mulut menghasilkan senyawa sulfur yang menyebabkan bau.
Kaki Bengkak
Kaki bengkak atau
trombosis vena dalam (DVT) terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di
salah satu pembuluh darah dalam tubuh akibat sirkulasi yang buruk. DVT
merupakan risiko yang paling banyak ditemui ketika bepergian dan setiap tahun
satu dari setiap 1.000 orang di Inggris terkena DVT.
Duduk diam untuk waktu
yang lama dalam kondisi sempit, dehidrasi dan tekanan kabin yang rendah semua
berkontribusi menjadi penyebab DVT, menurut American Heart Association. Semakin
bertambah usia seseorang, semakin tinggi terkena DVT.
Lidah Tak Bisa
Mengecap
Sebuah penelitian yang
dilakukan Lufthansa pada 2010 menemukan bahwa kemampuan penumpang mengecap rasa
asin dan manis menurun sebanyak 30 persen selama penerbangan.
Di ketinggian antara
30.000 hingga 35.000 feet, kelembaban berada di bawah 15 persen dan itu tidak
cukup untuk menjaga saluran hidung dan selaput lendir mulut tetap lembab.
Kedua bagian tubuh
tersebut terhubung dengan tunas pengecap yang tumbuh di bagian lidah sehingga
mengurangi kemampuan mengecap rasa.
Pusing
Kabin dibuat bertekanan
agar tubuh merasa seolah-olah berada di ketinggian sekitar 7.000 feet. Dengan
kata lain, kabin pesawat memiliki tekanan 11 pounds per inci persegi. Ini efek
yang sama bagi tubuh saat berada di atas puncak gunung.
Akibatnya, oksigen di
udara menipis dan kadar oksigen dalam darah menurun menjadi 93 persen pada
ketinggian tersebut. Hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen dalam
sel-sel tubuh sehingga Anda akan merasakan kelelahan, sakit kepala dan pusing.
Kulit Kering
Kabin bertekanan memiliki
tingkat kelembaban yang rendah dan menjadi tempat yang sangat kering untuk
waktu yang lama. Association of Heating, Refrigeration and Air-Conditioning
Engineers (ASHRAE) merekomendasikan tingkat kelembaban kabin yang nyaman bagi
manusia adalah antara 30 hingga 64 persen.
Di dalam pesawat terbang,
tingkat kelembaban bisa turun sampai dua persen dan kelembaban alami kulit Anda
dengan cepat menguap. Wajah, tangan dan kaki lainnya akan mulai terasa kering
dan terlihat kusam.
Terlebih lagi, jika Anda
merasa stres saat bepergian, kulit Anda bisa lebih menderita. Stres
menghasilkan hormon kortisol yang memengaruhi kemampuan kulit berfungsi sebagai
penghalang dan memberikan kontribusi pada kemerahan, benjolan dan berjerawat.
Sembelit
Duduk untuk jangka waktu yang lama dan perubahan
tekanan dramatis pada tubuh Anda membuat metabolisme menjadi
lambat. Hasilnya adalah gas, kembung, sembelit dan sakit di perut. Hal ini
juga dapat disebabkan oleh perubahan ritme sirkadian dan umumnya terjadi saat
melewati beberapa zona waktu.
(Sumber: Daily Mail/Dream.co.id)
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda