Breaking News
Loading...
Kamis, 05 Februari 2015

Info Post
Berdampak buruk buat kesehatan, Efeknya sangat terasa
Bepergian dengan pesawat ke tujuan favorit mungkin tampak seperti menyenangkan, tapi bagi tubuh manusia, itu neraka.

Meski terbang satu jam di ketinggian 30.000 kaki atau melintasi beberapa zona waktu, efeknya sangat terasa bagi pikiran, tubuh dan ritme sirkadian (siklus 24 jam yang sangat penting untuk menentukan pola tidur dan makan makhluk hidup).
Tekanan, kelembaban, kondisi tempat sempit dan tingkat oksigen yang rendah menciptakan badai yang sempurna bagi gejala pusing, bengkak pada sendi, kulit kering, matinya indera pengecap (lidah) dan bahkan bau mulut. Berikut ini ulasannya;
Bau Mulut
Banyak fungsi tubuh bekerja lambat saat dalam penerbangan sebagai akibat perubahan dramatis dalam metabolisme. Tubuh akan memutuskan melakukan fungsi berdasarkan prioritas.
Salah satunya, kelenjar ludah yang terkena dampak akan menghasilkan lebih sedikit air liur. Ini berarti lebih banyak bakteri tumbuh di dalam mulut sehingga menyebabkan bau mulut.
Terlebih selama perjalanan, orang cenderung makan snack dan minum minuman mengandung gula atau cokelat. Bakteri akan semakin tumbuh subur di dalam mulut. Partikel makanan yang tertinggal di mulut menghasilkan senyawa sulfur yang menyebabkan bau.
Kaki Bengkak
Kaki bengkak atau trombosis vena dalam (DVT) terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di salah satu pembuluh darah dalam tubuh akibat sirkulasi yang buruk. DVT merupakan risiko yang paling banyak ditemui ketika bepergian dan setiap tahun satu dari setiap 1.000 orang di Inggris terkena DVT.
Duduk diam untuk waktu yang lama dalam kondisi sempit, dehidrasi dan tekanan kabin yang rendah semua berkontribusi menjadi penyebab DVT, menurut American Heart Association. Semakin bertambah usia seseorang, semakin tinggi terkena DVT.
Lidah Tak Bisa Mengecap
Sebuah penelitian yang dilakukan Lufthansa pada 2010 menemukan bahwa kemampuan penumpang mengecap rasa asin dan manis menurun sebanyak 30 persen selama penerbangan.
Di ketinggian antara 30.000 hingga 35.000 feet, kelembaban berada di bawah 15 persen dan itu tidak cukup untuk menjaga saluran hidung dan selaput lendir mulut tetap lembab.
Kedua bagian tubuh tersebut terhubung dengan tunas pengecap yang tumbuh di bagian lidah sehingga mengurangi kemampuan mengecap rasa.
Pusing
Kabin dibuat bertekanan agar tubuh merasa seolah-olah berada di ketinggian sekitar 7.000 feet. Dengan kata lain, kabin pesawat memiliki tekanan 11 pounds per inci persegi. Ini efek yang sama bagi tubuh saat berada di atas puncak gunung.
Akibatnya, oksigen di udara menipis dan kadar oksigen dalam darah menurun menjadi 93 persen pada ketinggian tersebut. Hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen dalam sel-sel tubuh sehingga Anda akan merasakan kelelahan, sakit kepala dan pusing.
Kulit Kering
Kabin bertekanan memiliki tingkat kelembaban yang rendah dan menjadi tempat yang sangat kering untuk waktu yang lama. Association of Heating, Refrigeration and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE) merekomendasikan tingkat kelembaban kabin yang nyaman bagi manusia adalah antara 30 hingga 64 persen.
Di dalam pesawat terbang, tingkat kelembaban bisa turun sampai dua persen dan kelembaban alami kulit Anda dengan cepat menguap. Wajah, tangan dan kaki lainnya akan mulai terasa kering dan terlihat kusam.
Terlebih lagi, jika Anda merasa stres saat bepergian, kulit Anda bisa lebih menderita. Stres menghasilkan hormon kortisol yang memengaruhi kemampuan kulit berfungsi sebagai penghalang dan memberikan kontribusi pada kemerahan, benjolan dan berjerawat.
Sembelit
Duduk untuk jangka waktu yang lama dan perubahan tekanan dramatis pada tubuh Anda membuat metabolisme menjadi lambat. Hasilnya adalah gas, kembung, sembelit dan sakit di perut. Hal ini juga dapat disebabkan oleh perubahan ritme sirkadian dan umumnya terjadi saat melewati beberapa zona waktu.

(Sumber: Daily Mail/Dream.co.id)
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda