Dari berbagai ideologi global yang saat ini mendominasi
dunia, bisa ditarik benang merah yang mengaitkan satu dengan lainnya. Yang satu
menjadi induk bagi cabang lainnya, yang satu menjadi batang bagi tunas lainnya.
Dan semua bermuara pada gerakan Yahudi internasional (Zionism).
Zionisme atau shuhyoniah yang diarsiteki oleh tokoh Yahudi Austria Theodor Herzl
adalah reinkarnasi dari Freemasonry,
sebuah gerakan Yahudi bawah tanah, terorisme yang sulit dilacak, karena
memiliki kontrol organisasi yang rapi. Tujuannya mengupayakan Yahudi untuk
mendominasi dunia. Menyeru kepada Atheism,
Permisifisme, dan kerusakan.
Zionisme mempunyai jaringan organisasi yang sangat banyak
dan kuat, mendominasi perekonomian global, menguasai dana internasional yang
dijadikan alat untuk menyetir politik dan ekonomi negara-negara dunia ke 3,
ikut mengendalikan United Nations,
memperalat United States
dan negara-negara Eropa untuk mengegolkan ambisi mereka.
Freemasonry yang berarti perkumpulan tukang batu,
hanyalah nama samaran agar para tokoh Yahudi leluasa bergerak menjalankan misi
mereka. Mereka mempunyai akar sejarah yang panjang, konon sudah didirikan sejak
43 M oleh Herod Agrippa
I. Kegiatan mereka pada awalnya adalah memusuhi orang-orang Kristen, menyiksa,
mengusir dan membantai mereka, hingga akhirnya merusak bahkan merubah doktrin
utama ajarannya. Mereka juga berupaya merusak ajaran Islam lewat Abdullah bin
Saba’ yang mempelopori munculnya Syiah Ghulat, sekaligus untuk memecah belah
kekuatan Islam. Disamping aktif menyebarkan cerita dusta (isroiliyat) untuk
menodai kemurnian Islam.
Tahap ke 2 gerakan Freemason
dimulai 1770 M, berhasil merekrut ribuan tokoh politik dan ilmuan dunia yang
tertipu propaganda mereka. Dengan pandai mereka membonceng gerakan Renaissance Age
di Eropa dan French Revolution
melalui tokohnya Comte de Mirabeau. Berikutnya mereka aktif memanfaatkan para
pemikir yang mempunyai pengaruh kuat di masyarakatnya seperti Jean-Jacques
Rousseau, Voltaire, Jurji Zaydani,
dan Karl Marx.
Yahudi membonceng gerakan pemikiran dan ideologi, yang
dilandasi filsafat Materialism,
yang menjadikan materi sebegai tolok ukur segala sesuatu, mengingkari wujud
Allah dan segala yang ghoib. Faham ini dipadukan dengan Liberal
(kebebasan) telah melahirkan bayi tangguh dan mendominasi dunia bernama Capitalism,
suatu sistem ekonomi yang filsafat dan politiknya didasarkan kepada azas
pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham
kebebesan. Berbagai bentuk tindakan yang egoistik, monopolistik, kekejaman
hingga penjajahan lahir dari semangat ini.
Materialisme juga melahirkan anak kembar bagi
Kapitalisme, yaitu Communism: sebuah
aliran berfikir yang berlandaskan pada Materialisme, menafsirkan sejarah
berdasarkan atas pertarungan kelas dan faktor ekonomi. Aliran ini berpadu
dengan faham Atheisme (mengingkari eksistensi Tuhan) menebar bencana di muka
bumi. Peletak dasar-dasar pemikiran komunisme adalah filsuf Yahudi Jerman yang
bernama Karl Marx (1818-1883 M). Teori-teori Komunisme yang disusun dalam buku The Communist
Manifesto dan Das Capital
oleh Marx, telah berhasil diaplikasikan oleh Vladimir Lenin
dalam revolusi berdarah Bolsheviks di
Rusia tahun 1917 M yang dilanjutkan oleh Joseph Stalin
(1879-1954 M) keduanya dengan tangan besi, tiranisme, bengis, sadis dan kejam
memaksakan faham Komunis kepada bangsa Rusia dan kemudian diekspor ke berbagai
negeri miskin lainnya.
Faham lain yang agak netral dan menjadi partner baik bagi
Kapitalisme maupun Komunisme adalah Darwinism:
Sebuah gerakan pemikiran yang dinisbahakan kepada seorang pemikir Inggris Charles Darwin.
Pada tahun 1859 lewat bukunya The Origin Of
Species, Darwin mengupas teori evolusi (pertumbuhan dan perkembangan
makhluk) yang sangat bertentangan dengan agama. Intinya nenek moyang manusia
adalah kera, dengan demikian manusia tidak bisa mengingkari bahwa mereka adalah
binatang. Bagi Darwin, teori tentang Tuhan muncul saat manusia masih lemah,
sekarang, setelah berevolusi menjadi kuat, manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan
dan agama. Selain menentang agama, Teori Darwin juga mendorong dan mengesahkan
cara hidup model binatang. Diantara ilmuwan yang terinspirasi oleh teori Darwin
adalah Sigmund Freud,
ahli Psychoanalysis
berdarah Yahudi Czechoslovakia (1856) yang mempunyai teori bahwa libido sexual
(dorongan sex) adalah motivasi utama segala aktifitas manusia. Freudism ini
kemudian melahirkan pola hidup free sex, runtuhnya moral dan lembaga keluarga
di masyarakat.
Di sisi lain, setelah Islam mampu menaklukkan Andalusia,
serta melabrak Eropa sampai jantung kota Wina dan Paris, orang-orang Kristen
Eropa mulai terbuka matanya untuk mempelajari Islam, kekuatan apakah gerangan
yang menggerakkan manusia dalam waktu yang sangat cepat telah menguasai dunia?
Inilah awal dari gerakan Orientalism;
gelombang pemikiran yang mencerminkan studi ketimuran khususnya Islam, dan
mencakup peradaban, agama, seni, sastra, bahasa dan kebudayaan. Jerbert de
Oraliac (938-1003 M ) adalah seorang pendeta Venezia yang juga belajar tentang
Islam di Andalusia dan kemudian menjadi Paus pertama dari Perancis.
Orientalisme semakin digencarkan setelah umat Kristen
mengalami kekalahan telak dan beruntun dalam Crusades. Hal
ini juga tidak lepas dari peranan Yahudi yang ingin memukul kekuatan Islam. Ignác Goldziher,
sebagai contoh dan sederetan nama lainnya adalah orientalis fanatik berdarah Yahudi.
Mereka mempelajari Islam untuk mencari kelemahan umat Islam, membangun persepsi
yang salah atas Islam, memutar balikkan fakta, serta membangkitkan
aliran-aliran sempalan yang sesat dalam Islam dengan bungkus baru logika. Saat
ini para orientalis telah berhasil membangun pusat-pusat studi Islam dan
ketimuran di Inggris, Perancis, Amerika, Kanada, dll. dan mendidik ribuan
anak-anak Islam dengan pola fikir mereka agar nantinya menjadi propagandis
efektif.
Ada sebagian kecil kaum Orientalis yang obyektif dan
mempunyai jasa atas Islam dengan karya-karya mereka yang besar dan rapi, namun
kebanyakan mereka adalah para penghamba penjajahan (Colonialism)
yang menyimpan dendam atas kekalahan Perang Salib. Sejak abad XV bangsa Eropa
mulai menjarah dan mengekspansi negri-negri Islam di Asia dan Afrika, menindas
penduduknya, mengeksploitasi sumber daya alamnya serta menyebar luaskan ajaran
Injil mereka (Glory, Gold, and Gospel). Yang membonceng gerakan ini adalah
kristenisasi, untuk merubah peta dunia dari tanda bulan bintang menjadi salib.
Jaringan gerakan Christianization
di Asia dan Afrika sangat solid, dukungan dana mereka tidak terbatas,
tangan-tangan kokoh kekuasaan ikut menaungi, segala macam cara mereka tempuh, Missionary
militan mereka sangat banyak tersebar di pelosok-pelosok negeri muslim.
Pendidikan, Pelayanan kesehatan, politik, ekonomi, hingga budaya menjadi
garapan mereka.
Kemajuan Barat dalam peradaban materi, sebagai buah dari
Kapitalisme dan Liberalisme menjadi modal untuk menyeret dunia Timur (Islam)
mengikuti arus peradaban mereka. Gerakan ini disebut dengan Westernization
(proses pembaratan). Negeri-negeri kaum Muslimin yang belum sembuh dari luka
penjajahan silau melihat kemajuan materi Barat, hanya membebek terhadap apa
yang diinginkan Barat, seperti beo yang hanya mengulang-ulang ucapan tuannya.
Westernisasi ini sangat ampuh dengan memanfaatkan anak-anak Islam sendiri.
Gerakan untuk mengusung pola hidup Barat ini disebut Ghazwul Fikri,
ekspansi pemikiran dan peradaban. Sayangnya yang banyak diadopsi oleh umat
Islam adalah hal-hal negatif berupa perilaku yang jauh dari nilai-nilai moral
Islam, bukan hal-hal positif yang menjadi pilar kemajuan mereka.
Yang sangat fatal adalah persepsi bahwa Barat berhasil
maju karena menerapkan Secularism
(pemisahan agama dengan negara, materi dan ruhani), dan selanjutnya ingin
menerapkan konsep ini pada Islam. Padahal alqiyas ma’al fariq bathil.
Menganalogikan Islam dengan Christianity
abad pertengahan adalah satu kesalahan fatal. Secularization
memang lahir sebagai reaksi atas dominasi Gereja yang berlebihan dalam bidang
kehidupan, tiran, diktator, menentang ilmu pengetaahuan atas nama agama, para
pemimpin Gereja telah overacting, di samping memang ajaran Kristen sendiri
telah mengalami banyak pemalsuan.
Setelah terjadi Revolusi Perancis, masyarakat yang sudah
jemu dengan penindasan oleh Gereja mendapat angin segar untuk memproklamirkan
Sekularisme. Ada yang ekstrim sehingga menentang agama habis-habisan dan
kemudian menjadi Atheist, namun
ada juga yang masih moderat, hanya membatasi agama untuk urusan ruhani dan
akhirat semata. Orang yang memahami Islamism
dengan baik tentu tidak akan mempunyai faham Sekuler. Islam adalah sistem
kehidupan yang universal, dan sangat identik dengan ilmu pengetahuan, sehingga
tidak ada alasan untuk menzalimi Islam dengan mengasingkannya dari kancah
kehidupan.
Ditulis oleh Elvan
Syaputra, Peneliti Muda CIOS
(Center of Islamic and Occidentalism Studies)
(Center of Islamic and Occidentalism Studies)
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda