Breaking News
Loading...
Sabtu, 07 Desember 2013

Info Post
Mereka dulu satu partai made in Soeharto. Sekarang yang tidak menguasai tampuk kepemimpinan partai. Mereka mendirikan partai sendiri dan menjadi ketua umumnya. Apakah mereka itu bisa disebut politikus yang negarawan?
JAKARTA - Surya Paloh mengaku kecewa terhadap partai tempat ia bernaung, sebelum membangun Partai Nasional Demokrat dua tahun silam. 

Ia memang tidak menyebut nama partai tersebut, namun diketahui sebelumnya Surya Paloh merupakan politikus Partai Golongan Karya.

Hal itu, dituturkan Surya Paloh saat berpidato dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas), di hotel Mercure, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Minggu (01/12/2013). 

Pada kesempatan itu, ia juga menyebut ada hal-hal yang tidak bisa ia dapat dari Partai Golkar, sehingga memutuskan hengkang dari partai yang sudah puluhan tahun menaunginya itu.

Ketua Umum NasDem Surya Paloh pidato dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional 1 Partai Nasdem di Ancol, Jakarta Utara, Minggu (1/12/2013). Acara Rakernas yang berlangsung dari tanggal 1 hingga 4 Desember di isi dengan pelatihan jurkamnas, pelatihan kebendaharaan, pembekalan saksi pemilu. Rakernas ini juga akan diisi Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva, Ketua KPK Abraham Samad, Ketua Bawaslu Muhammad, dan Ketua KPU Husni Kamil Manik. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

"Saya harus meninggalkan partai itu, kenapa saya harus membangun partai baru. Apa karena perasaan kekecewaan, apa pikiran dan obsesi dan idelaisme sudah tidak bisa diharapkan, atau pikiran pragmatis. Pasti sebagai manusia biasa, saya memiliki kekecewaan," katanya.

Lebih lanjut, Surya Paloh mengatakan bahwa ia berharap Partai Nasdem bisa memosisikan diri, dan bisa rasional dalam mencapai tujuannya guna merestorasi keadaan Indonesia. 

Ia meyakinkan kader NasDem yang hadir di Rakernas tersebut, merestorasi Indonesia adalah tugas mulia, yang harus dikerjakan dengan kinerja yang luar biasa.

Surya Paloh juga mengatakan, Partai NasDem harus menghindari praktik-praktik politik transaksional, karena cara itu tidak akan membangun kesadaran masyarakat untuk merubah negri ini menjadi lebih baik.

"Inilah harapan saya, kita tidak bisa berharap dari siapa-siapa. Tidak ada siapapun yang akan membantu kita. Kita bisa dilihat sebagai orang yang dihargai apabila kita pantas dihargai. Yakinlah, kita hanya bisa dihargai jika kita menjadi salah satu partai pemenang pemilu," tandasnya.

Laporan wartawan Tribunnews.com Nurmulia Rekso Purnomo
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda