Jakarta - Pasca banjir,
wajah aliran Sungai Ciliwung terlihat begitu kotor. Banyak sampah rumah
tangga dari benda-benda lainnya hanyut menghiasi salah satu sungai besar
di Ibu Kota itu.
Sampah yang tak terhitung jumlahnya ini mengapung terbawa arus sungai
Ciliwung. Dari beragam jenis sampah yang hanyut, ada yang memiliki
nilai jual seperti botol air mineral, mainan anak-anak, sampai dengan
barang elektronik yang hanyut terbawa banjir.
Hal ini tidak dilewatkan oleh tiga pemuda yang memanfaatkannya untuk
mencari untung dari nilai ekonomis barang yang hanyut tersebut. Mereka
adalah Ali (28), Iwa (28), dan Rian (28). Para pemuda yang memiliki
pekerjaan asli sebagai penjaga toko itu, mengambil sampah yang hanyut
dengan bergelantungan di jembatan pipa yang berada di Bukit Duri,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Kepada Kompas.com, Selasa (14/1/2014), Iwa menceritakan, kegiatan itu dilakukan sambil mengisi waktu libur kala banjir.
Barang-barang yang dipungutnya itu kemudian dijualnya di Jembatan
Hitam, Kampung Melayu. Di sana, dia akan menukar hasil memulungnya itu
dengan rupiah.
"Kalau banjir ya ngambilin ini. Biasa dapat Rp 300.000 sampai Rp 400.000. Tapi yang sekarang belum dijual, masih dikumpulin," kata Iwa.
Iwa mengatakan, sejak banjir
pada Senin kemarin, dia sudah mengumpulkan empat karung hasil menjaring
sampah di Sungai Ciliwung. Untuk hari ini, ia memprediksi dapat
mengumpulkan delapan karung sampah yang hanyut.
"Tadi ngambilin botol air, mainan anak, sama kaleng buat dijual. Ada tabung gas juga," ujar Iwa.
Menurut Iwa, kegiatan itu sudah rutin dilakukan setiap kali banjir
menerjang kawasan yang berbatasan dengan Kampung Pulo, Jakarta Timur
itu. Bahkan, teman-temannya, warga Bukit Duri, melakukan hal serupa.
Mereka juga berani terjun ke Sungai Ciliwung apabila ada barang
elektronik seperti televisi dan kulkas yang hanyut terbawa banjir.
"Kalau udah liat barang itu, ya pasti pada ngerjar terjun. Udah bisa berenang semua. Pokoknya diakalin gimana," ujar Iwa.
Jika mendapatkan televisi yang hanyut, menurutnya, bisa dipakai untuk
digunakan kembali bila diservis. Sementara barang lainnya dijual untuk
menambah penghasilan.
Iwa mengaku tidak takut untuk menantang bahaya dengan terjun berenang. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain.
Iwa sebenarnya bekerja di salah satu toko yang berada di Pasar
Balimester. Ia memperoleh penghasilan Rp 50.000 per hari. Namun, dengan
tambahan dari hasil memulung itu, Iwa mengatakan bisa membiayai
kehidupan sehari-hari. "Lumayan buat orangtua," ujar Iwa.
Pantauan Kompas.com, sampah yang hanyut pada banjir kali ini amat beragam. Ada kasur, bola, kursi, gabus, botol, mainan anak, dan banyak benda lainnya.
Sampah yang melewati wilayah Kampung Pulo dan Bukit Duri ini biasanya
akan tertahan di Pintu Air Manggarai. Di sana, alat berat akan
mengangkut sampah tersebut untuk dimuat pada truk dan dibawa ke Bantar
Gebang.[tribunnews]
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda