Segala ragam peristiwa, selalu menghadirkan makna. Setiap arus positif
atau negatif, pasti meninggalkan pelajaran berharga yang memberi nilai
tersendiri bagi jiwa-jiwa konstruktif dan bukan destruktif.
Al-Qur'an saja secara lengkap memaparkan episode kelam dari kehidupan manusia. Termasuk salah satunya episode kaum pendengki yang terus melakukan regenerasi sepanjang kehidupan manusia itu ada. Mulai dari Iblis, berlanjut kepada kisah Qabil-Habil, kemudian kisah saudara-saudara Yusuf, dengkinya Iblis kepada Nabi Yakub, dan lain sebagainya.
Bagi saya, para pendengki di level negara, parpol, yayasan, hingga lingkup terkecil tetangga atau saudara, menginspirasi pelajaran berharga yang mendatangkan pahala bagi siapapun yang menjadi objek kedengkian. Tentu pahala berlipat ganda, selama disikapi dengan sabar dan takwa. Pelajaran-pelajaran dari kaum pendengki itu adalah;
Pertama; Mereka tak kenal putus asa dan tak pernah patah semangat, hingga objek yang menjadi sasaran kedengkian celaka atau bangkrut.
Hal ini wajar. Karena dengki, hasud, iri, atau dendam adalah ajaran abadi dari Setan dan Iblis. Bacalah kisah kegigihan Setan yang tak kenal lelah merajuk untuk mencelakakan Nabi Adam atau Nabi Ya'kub. Maka para pendengki memiliki energi lebih. Sebab energi pendengki dibackup langsung oleh setan.
Kedua; Para pendengki sangat cerdik mencari celah sekecil apapun untuk mendukung aksi dan mencelakakan objek yang ia dengki.
Bagi kaum pendengki, celah apapun adalah anugerah. Seongok sampah atau barang tak berharga, pasti akan digunakan untuk mencelakakan. Contoh terkini, saat Presiden Mursi berkuasa, Salafy Mesir melalui Nader Bakkar mengatakan, "Masalah janggut masalah ibadah dan merupakan hak semua warga. Maka polisi-polisi yang berjanggut harus diperhatikan dan diberi ruang oleh pemerintah." Namun saat Salafy sukses membantu kudeta, Nader Bakkar mengatakan, "Masalah janggut bisa dikesampingkan. Toch rakyat sekarang butuh makan, pekerjaan, keamanan, dan stabilitas. Ini harus diutamakan daripada masalah janggut."
Contoh lain adalah Hizbut Tahrir yang menebar rekaman Mursi dengan terjemah yang salah. Di situs-situs HT Palestina-Mesir (kemudian dikutip situs HTI) disebarkan berita, "Mursi, Presiden Muslim yang jauh dari Islam." "Mursi Presiden Muslim yang anti Syariah dan hijab wanita." "Perjuangan Syariat ala Ikhwan yang bersifat gradual, sangat tidak tepat. Perjuangan syariat itu harus Kaaffah." Namun saat sukses membantu kudeta, HT terdiam dan membiarkan pembantaian, pelecehan terhadap kehormatan wanita, hingga penghancuran harta benda yang dilindungi syariat.
Di level kecil, saya memiliki pengalaman bagaimana sikap kaum pendengki itu begitu cerdik, licin, dan cenderung licik. Mereka berani membentuk aliansi atau mengumpulkan dukungan, dengan melanggar organ-organ resmi yang sah dan diakui pemerintahan. Para pendengki tentu tak akan pernah merasa puas, sebelum objek yang ia dengki bangkrut dan binasa. Modalnya adalah rajin kongkow dan sementara melupakan kasus-kasus negatif lain. Asalkan target objek utama tercapai. Soal nanti mereka berceai berai lagi, bukan masalah.
Ketiga; Kaum pendengki rela mengorbankan waktu, tenaga, hingga harta.
Biasanya kaum pendengki adalah pengangguran, penguasa yang sudah pensiun, pengusaha yang bangkrut, anak muda yang tak cacat jiwa, atau orang-orang yang tak memiliki agenda nyata dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang-orang yang sibuk berkarya, berkreasi, atau bekerja dengan agenda-agenda besar. Hampir tak ada celah untuk mendengki.
Baru tiga yang saya sampaikan. Contoh-contoh bisa ditambahkan. Resep termanjur menghadapi para pendengki adalah; senyum-salam-sabar. Namun jika sudah mendekati pada fitnah dan pemaksaan kehendak, kita tak boleh menyerah untuk melawan.
By: Nandang Burhanudin
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda