Artikel
yang panjang ini bukan saya yang menulis, tetapi didapatkan dari sebuah
website yang sudah tidak aktif lagi saat ini. Adapun artikel ini telah
lama saya simpan (kemungkinan tahun penerbitan artikel ini tahun 2002) dan kebetulan saya menemukannya kembali untuk dipublikasi. Semoga bermanfaat untuk membentengi diri kita dari pemurtadan.
Berbagai
cara ditempuh untuk melancarkan proyek kristenisasi. Ada yang memalsukan
Al-Quran, pendeta mengaku haji, sampai upaya memurtadkan kiai ternama.
Ada pula tokoh Muslim yang “mendukung” kristenisasi.
Kawin
antar-agama hanyalah salah satu cara kristenisasi. Lainnya, banyak.
Menurut kristolog Abu Deedat Shihab, kaum misionaris dan zending perlu
menempuh berbagai macam cara karena selama ini merasa gagal. Kini,
kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat Islam dari
agama, baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada Al-Quran
Surat Al-Baqarah: 109, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar
mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman…”
Juga Al-Baqarah: 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”
Sinyalemen
Al-Quran itu memang benar. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds
(1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi
misi Kristen, menyatakan, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum
Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari
Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim.
Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam,
generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan
hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”
Plesetan Al-Qur’an
Al-Quran,
sebagai tuntunan hidup ummat Islam, kini dimanfaatkan sebagai sarana
kristenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran sungguhan, tapi palsu. Salah
satunya adalah The True Furqan, yang sempat beredar di internet dan
menggegerkan publik Jawa Timur, awal Mei lalu. Dalam Al-Quran buatan
Evangelis (Ev) Anis Shorrosh itu, ada surat bernama Al-Iman,
At-Tajassud, Al-Muslimun, dan Al-Washaya yang isinya memuji-muji Yesus.
Selain ada
Al-Quran palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran
dan Hadits. “Cara ini yang sekarang paling banyak terjadi. Pemberian
Indomie atau bantuan uang sudah tidak manjur lagi,” tutur Abu Deedat.
Kenapa cara
itu ditempuh? Dalam wawancara dengan majalah Jemaat Indonesia (edisi 4
Juni 2001), Pdt R Muhamad Nurdin —Muslim murtad— menyebut trik itu
sebagai cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. “Saya membuat
buku agar dibaca umat Kristen, kemudian disalurkan kepada umat beragama
lain. Saya tulis untuk kalangan sendiri, untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Demikian bagi orang Yahudi aku seperti orang Yahudi,
supaya aku memenangkan orang Yahudi. Itu cara yang hati-hati dalam
merebut hati kaum Muslimin. Jangan sampai ada vonis mati seperti untuk
Suradi dan Poernama,” ujarnya. Dua nama terakhir adalah pendeta yang
divonis mati oleh Forum Ulama Ummat (FUU) Bandung karena menghina agama
Islam.
Buku-buku
Nurdin laku keras. Dalam tiga tahun, 5000 eksemplar ludes. Hasilnya,
menurut penuturan Wakil Gembala Gereja Kristen Maranatha Indonesia
(GKMI) Rawamangun Jakarta ini, banyak orang Islam yang akhirnya menerima
Yesus alias murtad. “Bahkan ada yang menjadi penginjil.”
Contoh buku
karangan Nurdin adalah Ash-Shadiqul Masdhuq (Kebenaran yang Benar),
As-Sirrullahil Akbar (Rahasia Allah yang Paling Besar), dan Ayat-ayat
Penting dalam Al-Quran.
Selain buku, juga bermunculan brosur atau pamflet sejenis lembar Jumat. Judul yang dipilih pun seolah-olah Islami.
Misalnya
“Allahu Akbar Maulid Nabi Isa as”, “Kesaksian Al-Quran tentang Keabsahan
Taurat dan Injil”, dan “Siapakah yang Bernama Allah itu?” Bertebaran
pula stiker kaligrafi Arab yang isinya pujian kepada Yesus.
Buku dan
brosur itu diterbitkan oleh Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan Christian
Center Nehemia Jakarta, Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiah (YPPA),
Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada Shiraathal Mustaqiim.
Anak-anak
sekolah juga menjadi sasaran empuk. Siti Muflikhah, santri Pesantren
At-Taqwa Bekasi, pernah mendapat surat berisi komik anak-anak dari
sebuah lembaga yang menamakan diri Klab17. Di bagian awal, komik itu
berisi cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian akhir ada
pernyataan, “Saya percaya akan Engkau, Yesus sebagai juruselamat saya.”
Mengaku Mantan Haji
Bidang
kesehatan juga dibidik. Ini antara lain dialami keluarga Hartono, warga
Kupang, Surabaya. Istrinya, Jam’iyah, sakit dan dirawat di RS RKZ
Surabaya. Biaya yang harus dikeluarkan selangit sehingga Hartono yang
cuma bekerja sebagai mandor kontraktor kebingungan. Datang misionaris
menawarkan bantuan biaya pengobatan. Namun ada syaratnya: masuk Kristen.
Hartono terpikat. Suami istri itupun akhirnya menjadi penganut Kristen.
Cara yang
cukup sulit diidentifikasi adalah tipu daya dengan meniru adat atau
kebiasaan komunitas Muslim. Di Cirebon, ada kelompok qasidah yang
menyanyikan puji-pujian kepada Yesus.
Hal serupa
juga dilakukan jemaat Kanisah (Kristen) Ortodoks Syiria (KOS) yang
menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai peci, ibadahnya mengamalkan
shalat 7 waktu, memakai sajadah, dan mendendangkan qasidah.
Duta-duta
Injil (begitu kalangan Kristen menyebutnya —red) juga berani mengaku
sebagai mantan ustadz, bertitel haji atau hajjah, atau anak kiai
terkenal. Pengakuan-pengakuan seperti itu direkam dalam kaset dan
diedarkan di tengah masyarakat.
Misalnya di
Cirebon, murtadin Ev Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alias
Amin Al-Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah
menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI
Cirebon. Ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk kesaksian itu
palsu.
Ada lagi Ev
Hj Christina Fatimah alias Tin Rustini alias Sutini alias Bu Nonot,
pemberita Injil dengan memperalat Al-Quran di Gereja Bethel Pasir Koja,
Bandung. Mengaku pernah berkali-kali menunaikan ibadah haji. Menurut
penuturan Sumarsono, mantan suaminya, Sutini tidak pernah belajar di
pesantren. Selama berkeluarga tidak pernah shalat. Memang dia pernah
pergi ke Arab Saudi, bukan untuk ibadah haji tetapi menjadi TKW.
Banyak lagi
kaset-kaset yang berisi rekaman kesaksian palsu, misalnya kesaksian HA
Poernama Winangun alias H Amos, Pdt R Muhamad Nurdin, Pdt M Mathius, Pdt
Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F Intan Duana, dan Ev Paulus
Marsudi.
Sekolah dan Tawaran Kerja
Biaya
sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum
Muslimin. Mereka mendirikan sekolah (yang seolah-olah) Islam, seperti
Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola Yayasan Misi Global
Kalimatullah. Juga ada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta,
yang mempunyai kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks.
Lapangan
kerja juga menjadi lahan subur. Ini misalnya dilakukan pasangan
misionaris Robert Antony Adam dan Traccy Carffer di Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat. Warga Amerika Serikat yang terang-terangan
mengaku utusan Yesus itu berhasil memurtadkan 123 orang Minang, dengan
bekal jabatan konsultan kehutanan Global Partners Forestry Unit (GPFU).
Robert-Traccy yang masuk Pesisir Selatan sejak Desember tahun silam,
menawarkan rekayasa teknologi tepat guna pemberdayaan jati emas, pala
super, dan kapas transgenik. Robert lantas menjual bibit jati mas, pala,
dan kapas dengan harga 50% lebih murah daripada harga pasaran. Kalau
mau dapat gratisan, bisa saja. “Asal masuk Kristen,” ujar Masrizal,
aktivis dakwah di Pesisir Selatan. Banyak warga yang tergiur dan
akhirnya menjual keyakinan karena terobsesi keuntungan jutaan rupiah.
Untung misionaris ini segera dideportasi karena pelanggaran visa,
pertengahan bulan lalu.
Kasus serupa
terjadi di Bekasi. Bulan April lalu terbongkar praktik kristenisasi
berbungkus lapangan kerja. Sekitar 50 orang Muslim asal Gorontalo dibawa
ke Bekasi dengan janji akan dipekerjakan dan diberi beasiswa oleh
Yayasan Dian Kaki Emas. “Tapi setelah sampai di sini, mereka dididik dan
dipaksa pindah agama Kristen oleh Pendeta Edi Sapto,” ungkap Hamdi,
Ketua Divisi Khusus Forum Bersama Ummat Islam, dalam acara konferensi
pers di Masjid Al Azhar, Klender Jakarta Timur.
Warga Muslim
itu disekap, didoktrin ajaran Kristen, disuruh ikut kebaktian, dan
dilarang shalat. Mereka juga diwajibkan memelihara babi-babi yang ada di
kompleks yang berdiri di atas tanah seluas 5 hektar itu. Akhirnya
kompleks kristenisasi terselubung itu digerebeg warga dan aparat.
Dukungan Tokoh “Muslim” Liberal (JIL)
Proyek
kristenisasi ternyata mendapat `dukungan’ dari beberapa orang yang
sering disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham
liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia
baru’, dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama. Salah
satunya adalah Prof DR Said Agil Siradj, MA. Gagasan pluralnya antara
lain tampak dalam pengantar buku Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam.
Buku ini dikarang oleh Bambang Noorsena, pendiri Kanisah Ortodoks Syiria
(KOS) di Indonesia. Di situ Said Agil menulis bahwa KOS tidak berbeda
dengan Islam.
Secara al-rububiyyah, KOS mengakui bahwa Allah adalah
Tuhan sekalian alam yang harus disembah. Secara al’uluhiyyah, telah
mengikrarkan Laa ilaha ilallah (Tiada Ilah selain Allah) sebagai
ungkapan ketauhidannya. Jadi dari tauhid sifat dan asma Allah secara
substansial tidak jauh berbeda dengan Islam. Perbedaannya, menurut Said
Agil, hanya sedikit. Jika dalam Islam (Sunni) kalam Tuhan yang Qadim itu
turun kepada manusia (melalui Muhammad) dalam bentuk Al-Quran, maka
dalam KOS kalam Tuhan turun menjelma (tajassud) dengan Ruh al-Quddus dan
perawan Maryam menjadi Manusia (Yesus). Perbedaan ini tentu saja sangat
wajar dalam dunia teologi, termasuk dalam teologi Islam. “Pandangan
seperti itu merupakan salah satu bentuk penghancuran aqidah,” timpal Abu
Deedat.
Tokoh
lainnya adalah DR Nurcholis Madjid. Dalam buku Pluralitas Agama,
Kerukunan dalam Keragaman, Cak Nur menjelaskan bahwa pengikut Isa
Almasih menyebut kitab Injil sebagai Perjanjian Baru berdampingan dengan
kitab Taurat yang mereka sebut sebagai Perjanjian Lama. Kaum Yahudi
tidak mengakui Isa Almasih dengan kitab Injil-nya, menolak ide
Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru itu, namun Al-Quran mengakui
keabsahan keduanya sekaligus. Dengan nada agak tinggi, Abu Deedat
menyebut pendapat Cak Nur itu sebagai upaya pendangkalan aqidah. “Para
pengikut Nabi Isa as (kaum Hawariyun) tidak pernah menyebut Injil
sebagai kitab Perjanjian Baru. Nabi Isa sendiri tidak pernah menerima
atau mengetahui kitab Perjanjian Baru karena Injil yang diturunkan Allah
kepada Nabi Isa bukanlah Perjanjian Baru yang isinya kebanyakan
surat-surat Paulus yang sangat bertentangan dengan ajaran Nabi Isa itu
sendiri,” katanya.
Selain kedua
tokoh di atas, Abu Deedat juga memasukkan Alwi Shihab sebagai tokoh
pluralis. Sementara Adian Husaini dalam Islam Liberal menunjuk beberapa
nama seperti dosen-dosen Universitas Paramadina (Komaruddin Hidayat,
Budhy Munawar Rahman, Luthfi As-Syaukanie), dosen UIN Syarif
Hidayatullah (Azyumardi Azra, Muhammad Ali, Nasaruddin Umar), dan
beberapa nama lain yang menjadi kontributor Jaringan Islam Liberal.
Menurut
Adian yang juga anggota Komisi Kerukunan antarumat Beragama MUI, melalui
pluralisme, ummat Islam diprovokasi agar melapaskan aqidahnya. Tidak
lagi meyakini agamanya saja yang benar, dan kemudian diajak untuk
mengakui bahwa agama Kristen juga benar. “Teologi pluralis sebenarnya
adalah pembuka pintu bagi misi Kristen dan sejalan dengan imbauan Paus
Yohanes Paulus II agar misi Kristen terus dijalankan,” ujarnya.
Kaum Kristen
juga tak segan-segan “menyerang” tokoh-tokoh Muslim yang dikenal
sebagai pejuang tegaknya syariat Islam. Misalnya KH Kholil Ridwan (Ketua
Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia) dan KH Abdul Rasyid
Abdullah Syafii (Pimpinan As-Syafiiyah, Jakarta).
Sekitar 5
bulan lalu, keduanya mendapat kiriman brosur dari STT Apostolos. “Isinya
tidak secara langsung mengajak kepada agama Kristen, namun mengajak
saya agar masuk ke dalam Apostolos. Itu artinya Apostolos mengajak saya
untuk masuk ke dalam agama Kristen,” kata Abdul Rasyid.
Abdul Rasyid
segera melaporkan kejadian itu kepada aparat, sebab cara itu sudah
melanggar ketentuan hukum, yakni larangan mengajak ummat suatu agama
untuk masuk ke agama lain. Kemudian ada pemberitahuan dari aparat bahwa
pihak Apostolos melalui Pdt Yusuf Roni membantah telah mengirim surat
dan brosur itu.
“Terlepas
dari benar tidaknya bantahan itu, yang jelas apa yang saya alami
merupakan indikasi bahwa sasaran kristenisasi tidak hanya kalangan akar
rumput, tapi juga ulama dan tokoh masyarakat,” ujar Abdul Rasyid.
Yerikho 2000 dan Doa 2002
Misi Kristen
di Indonesia didukung oleh kekuatan dana yang sangat besar, di
antaranya melibatkan konglomerat keturunan Cina, James T Riady (bos Grup
Lippo). Seperti terungkap di majalah Fortune (16 Juli 2001), James
berencana membangun seribu sekolah di desa-desa miskin di Indonesia.
James bekerjasama dengan Pat Robinson (misionaris dunia) juga akan
mendirikan organisasi jaringan umat Kristiani. Hebatnya, ummat Islam
secara tidak sadar turut mendukung cita-cita besar James T Riady. Antara
lain dengan menjadi nasabah Bank Lippo, belanja di Mal Lippo, membeli
rumah di Lippo Karawaci dan Cikarang, berobat ke RS Siloam, pelanggan
Lippo Shop, Link Net, Lippo Star, Kabel Vision, dan Asuransi Lippo.
Indonesia
memang akan dijadikan pusat perkembangan Kristen di Asia Pasifik.
Demikian kata Pdt George Anatorae dari The Lord Familly Church Singapore
dalam seminar kerjasama Global Mission Singapore dan Galilea Ministry
Indonesia, di Hotel Shangrila Jakarta (9-12 Juni 1998). Sejauh mana
keberhasilan program itu, perlu diteliti lebih lanjut. Yang pasti, data
tahun 1999 menunjukkan jumlah umat Islam di Indonesia anjlok dari 90%
menjadi 75% (Siar No 43, 18-24 November 1999).
Keberhasilan
itu berkat kerja keras 38 agen kristenisasi, 1573 misionaris pribumi,
62 misionaris asing, dan 421 misionaris lintas kultural (data dari
Operation World 2001 yang dihimpun India Missions Association, Japan
Evangelical Assocation, dan Korea Research Institute for Missions).
Salah satu
lembaga yang gencar melaksanakan kristenisasi adalah Doulos World
Mission (DWM). Saat ini DWM sedang melaksanakan Proyek Yerikho 2000,
yaitu program pengkristenan wilayah Jawa Barat, dengan sentra kegiatan
digerakkan di kawasan pinggiran Jakarta.
Proyek ini
bertujuan “mewujudkan Kerajaan Allah di bumi Parahyangan menyongsong
abad XXI”. Menurut Hendrik Kraemer, peneliti dan penginjil dari Belanda,
Jawa Barat adalah wilayah “paling gelap” di Indonesia dan sangat
tertutup bagi Injil. Karena itu aktivis DWM bertekad, “Kita harus
merebut tanah Pasundan bagi Kristus.”
Yerikho 2000
juga digerakkan di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Pusat kegiatan DWM berada di
kawasan Rawamangun (Jakarta Timur) dan Tangerang (Banten).
Program
lainnya adalah Doa 2002, yang dilaksanakan sejak tanggal 19 Oktober 2001
sampai 6 Desember 2002. Secara khusus program ini menyebut beberapa
komunitas Muslim sebagai objek kristenisasi. Di antaranya adalah suku
Kaili Ledo (Sulawesi Tengah), Melayu Riau, Betawi, Aceh, Melayu
Kalimantan, Tenggarong Kutai, Bima, Maluku, Banda, dan Papua. Rencana
program Doa 2002 tertuang dalam buku 40 Hari Doa Bangsa-Bangsa yang
telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa di dunia.
Muslim
Betawi misalnya, harus didoakan oleh segenap orang Kristen pada tanggal 9
November 2001 lalu. Itu perlu dilakukan agar hati Bapa mengasihi dan
merindukan orang Betawi. Selain itu, agar Bapa mengutus duta-duta
kerajaan-Nya untuk mengembangkan pelayanan kesenian Betawi, literatur,
dan radio dalam bahasa Betawi. Juga, agar Tuhan mencurahkan kuasa-Nya
dan mengubah kehidupan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Betawi,
baik para penyanyi, penari, tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita.
Secara
khusus, orang Kristen mendoakan Presiden Megawati dan beberapa pemimpin
dunia. Harapannya, agar Megawati (dan para pemimpin) mendapat pewahyuan
tentang Ketuhanan Yesus dan keluarganya datang mengenal Kristus.
Duta-duta
Injil juga sedang menggencarkan ritual Doa 5 Patok. Yakni meningkatkan
doa 5 kali sehari dengan pelaksanaan minimal 30 menit lebih awal sebelum
waktu shalat (bagi orang Islam). Tujuannya adalah untuk mengadakan
penghadangan ruhani sekaligus pembersihan atmosfir ruhani agar kaum
Muslimin dapat menerima Yesus.
Ritualnya
dilaksanakan sebelum waktu shalat ummat Islam, yakni subuh (mulai
03.15-selesai), pagi (10.30-selesai), siang (14.00-selesai), sore
(17.00-selesai), dan malam (18.00-selesai). Pada Kamis malam, dilakukan
doa semalaman dan peperangan ruhani sambil berkeliling kota/lokasi
tertentu. Awas, hati-hati!• (ahmad, dodi nurja, amz, pam)
Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan muslim (murtadin) palsu
Tahun 1974,
GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan agama oleh
Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang
pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan kiyai, alumnus Universitas
Islarn Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia tafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramah tersebut
kemudian diedarkan secara luas kepada umat Islam.
Setelah
diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka
Yusuf Roni teryata tidak bisa baca Al-Qur’an. Dengan kebohongannya itu,
Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di Kalisosok,
Surabaya.
Ketika orang
sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta muncul
pelecehan plus seribu dusta yang baru. Seseorang yang menamakan dirinya
Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai putra kandung kesayangan KH.
Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun beredar luas di kalangan
masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar pendeta
Hagai Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha
melahirkan Ahmad Maulana.
Di Padang,
trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat. Seseorang yang
menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah, namanya
menjadi naik daun di dunia pemurtadan Kristenisasi, setelah mangaku adik
kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia Almarhum Buya Hamka.
Orang awam
banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin begitu saja
dengan pengakuan bahwa adik kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke
Kristen.
Setelah
diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang sangat besar.
Salah seorang putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang hayatnya, dia
tidak pernah punya paman yang namanya Willy Abdul Wadud Karim Amarullah.
Di Cirebon,
murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata alias Theofilus
Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang
pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam
di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana yang dipakai
untuk kesaksian adalah PALSU.
Para
murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo Winangun alias
Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama asli
dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad Nurdin, Pdt. M.
Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan Duana Paken
Nata Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah
mengkristenkan 60 kiyai Banden, dll.
Perlawanan oleh Abu Deedat Shihabuddin MH, Ahli Kristologi
“Kasus
Terbanyak, Pemuda Kristen Hamili Gadis Muslimah” Pertengahan bulan lalu,
harian Republika menurunkan laporan tentang puluhan sekolah agama di
Yogyakarta dan Temanggung yang tidak mau menyelenggarakan Evaluasi
Belajar Tahap Akhir (EBTA) untuk pelajaran agama bagi siswa-siswa
beragama lain di sekolah itu. Padahal sudah ada ketentuan hukum yang
mengatur hal itu secara tegas yakni Surat Keputusan Bersama (SKB) No.
2/U/SKB/2001.
Namun, SKB
yang ditandatangani oleh Mendiknas, Mendagri dan Menag itu sengaja
mereka abaikan. Alasan mereka, mengutip pernyataan sejumlah pejabat
Diknas setempat, mereka ingin menjaga kekhasan sebagai sekolah agama.
Bahkan beberapa yayasan pengelola sekolah-sekolah tersebut secara tegas
menolak SKB itu karena ingin mengemban misi tertentu untuk kepentingan
agama mereka (Republika, 12/6).
Menanggapi
berita tersebut, da’i dan Kristolog (ahli tentang Kristen), Abu Deedat
Shihabuddin MH berkomentar enteng. Menurutnya, itu tidak aneh dan belum
seberapa gawat, karena sebetulnya masih banyak bentuk-bentuk
pembangkangan mereka lainnya yang lebih parah. Yang aneh, bagi Sekjen
Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) itu, justru sikap harian
tersebut yang tidak mau secara tegas mengatakan bahwa sekolah-sekolah
itu tidak lain adalah sekolah-sekolah Kristen. “Mengapa mesti takut,”
tanyanya heran.
Sebagai
seorang kristolog, ustadz yang biasa dipanggil Abud oleh rekan-rekan
seprofesinya itu, memang bukan hanya menguasai disiplin ilmu tentang
agama Kristen secara mendalam. Tapi ia juga banyak tahu tentang
seluk-beluk dan kiprah licik para misionaris Kristen dalam memurtadkan
kaum Muslimin.
Maklum, pria
berkaca mata tebal ini sering menangani berbagai kasus pemurtadan di
berbagai daerah, baik berupa advokasi maupun terapi langsung. Selain itu
Abud juga kerap melakukan investigasi langsung ke ‘garis belakang’
untuk memperoleh data. Jadi wajar kalau ia tahu banyak.
Sudah banyak
murtadin yang terselamatkan kembali ke pangkuan Islam setelah diterapi
Abud. Uniknya, para pasien yang ditangani mubaligh kalem ini bukan hanya
dari kalangan Muslim KTP saja. Tapi juga ada yang justru berasal dari
kalangan santri. Misalnya, anak seorang kyai asal Salatiga yang selain
dimurtadkan juga dihamili oleh seorang aktivis gereja. “Ini bukti bahwa
gerakan pemurtadan memang semakin hebat dan terencana serius,” jelasnya
prihatin.
Melalui Abud
juga, sejumlah pendeta dan aktivis gereja kembali berdiri di bawah
panji Syahadat. Mereka mengakui kekeliruan yang ada pada ajaran mereka
setelah berdebat panjang dengan Abud. “Bahkan, ada salah satu pendeta
setelah berdebat di rumah saya membanting Injilnya karena kesal,” cerita
pria yang kutubuku ini.
Di tengah
kesibukannya keliling daerah untuk mengisi ceramah, seminar dan
pelatihan tentang antisipasi gerakan pemurtadan (harakatul irtidad),
mantan aktivis PII ini berkenan meluangkan waktunya untuk diwawancarai
Suara Hidayatullah. Di ruang tamu rumahnya yang sempit, karena dipenuhi
ribuan buku serta pakaian, sendal dan sepatu, barang dagangan istrinya,
Abud menerima Deka Kurniawan dan reporter lepas Hidayaturrahman. [sumber]
Klik -> Berikut Petikan Wawancara Abu Deedat
Klik -> Berikut Petikan Wawancara Abu Deedat
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda