Breaking News
Loading...
Kamis, 17 April 2014

Info Post

Sebelum pileg 09 April yang lalu saya telah menulis di kompasiana.com tentang prediksi perolehan suara Gerindra tak akan mencukupi untuk mengajukan Prabowo sebagai capres 2014. Dan perdiksi saya benar, Gerindra hanya memperoleh sekitar 11% suara. Dalam tulisan tsb saya berharap agar pasca pileg Prabowo merapat ke PDIP, melupakan semua persoalan tentang perjanjian Batu Tulis dan sindir-menyindir selama masa kampanye.
Hal ini saya sampaikan mengingat PDIP belum menetapkan siapa calon pendamping Jokowi sebagai cawapres. Dan hanya kans itu yang bisa didapat oleh Prabowo karena posisi tawar yang rendah. Wakil Presiden. Sama seperti pemilu presiden 2009. Dan seruan itu juga saya sampaikan di “page FB” atas nama akun Prabowo Subianto dan akun Partai Gerindra. Dan memang Admin akun tsb secara khusus menyampaikan terimakasih atas masukan yang saya berikan.
Namun sampai minggu kedua pasca pileg, tidak ada sedikitpun tanda-tanda Gerindra akan menyambangi PDIP, apakah memang sakit hati itu masih tertancap di hati atau memang tak ingin menjilat ludah sendiri, atau memang tetap kebelet hanya pengen menjadi Presiden banget. Entahlah.
Waketum Gerindra Fadli Zon justru sibuk melalui puisi-puisi satirenya  menyerang Jokowi secara membabi-buta seperti puisi-puisi yang baru diberi judul “Aku raisopopo” yang sekilas mirip dengan istilah “rapopo” yang juga dipopulerkan oleh Jokowi. Coba simak berikut ini:
“Raisopopo”

Aku raisopopo
Seperti wayang digerakkan dalang
Cerita sejuta harapan
Menjual mimpi tanpa kenyataan
Berselimut citra fatamorgana
Dan kau terkesima

Aku raisopopo
Menari di gendang tuan
Berjalan dari gang hingga comberan
Menabuh genderang blusukan
Kadang menumpang bus karatan
Di antara banjir dan kemacetan
Semua jadi liputan
Menyihir dunia maya
Dan kau terkesima

Aku raisopopo
Hanya bisa berkata rapopo
Coba perhatikan kata-katanya, siapapun tahu sasaran puisi satire ini. Namun ketika didesak wartawan apakah puisi itu ditujukan kepada Jokowi. Fadly hanya tertawa saja. Sama halnya ketika membuat puisi “”Air Mata Buaya” dan “Sajak Seekor Ikan”. Fadli tidak pernah menyebutkan siapa yang ia singgung dalam puisi tersebut. Bahkan di acara talkshow MetroTV dan TV One, dia selalu menyangkal bahwa puisi itu untuk Jokowi dan PDIP. Dan selalu mempersilahkan siapa saja menafsirkannya. Dan sifat seperti ini bukanlah sifat seorang ksatria.
Sampai hari ini Gerindra belum diberitakan sudah membuat komitmen koalisi dengan partai lain. Untuk mengusung Prabowo menjadi capres, Gerindra harus menggandeng sedikitnya 2 atau 3 partai menengah atau bawah. Menggandeng Golkar sepertinya mustahil, karena sudah mengusung capres sendiri A.R. Bakrie. Menurut kabar burung kemungkinan partai Demokrat lebih sudah serius berkoalisi dengan Gerindra. Sedangkan dengan partai berbasis massa Islam seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS masih belum ada kepastian. Berandai-andai partai berbasis Islam berkoalisi dan menetapkan capres/cawapres sendiri dan Demokra merapat ke Golkar, maka harapan Prabowo untuk maju di pemilu presiden akan pupus.
Dengan demikian harapan saya agar Prabowo-Jokowi atau Jokowi-Prabowo menuju istana ternyata hanya mimpi belaka.
Salam Kompasiana,
Parjalpis, Siantarcity
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda