Di sela-sela kunjungannya ke Jawa Barat, Sabtu, 18 Mei 2013, Dr. MS Kaban, sekitar jam 5 sore mampir ke kantor PP. Persis untuk bersilaturrahim dengan pimpinan PP. Persis. Namun sayang para pengurus sudah kadung sebagian besar pulang, karena tidak tahu bakal kedatangan tamu. Ada pula yang terpaksa tidak bisa menghadiri pertemuan dengan ketua umum Partai Bulan Bintang ini, karena malam harinya hendak berceramah, takut terlambat.
MS. Kaban yang akrab dengan ketua umum PP. Persis, Prof. Dr. M. Abdurrahman, yang juga mantan pengurus partai ini, sudah memaklumi ketika pengurus PP. Persis yang menyambut kedatangannya hanya 8 orang saja. Ia menyatakan akan meneruskan perjalanan ke Kab. Subang, juga untuk berceramah di sana. Tidak enak katanya, jika tidak mampir ke Viaduct.
Dalam pertemuan singkat itu, di sela-sela obrolannya menyatakan bahwa umat Islam jangan bergembira menyaksikan PKS yang saat ini diobok-obok. Secara moral kita ikut prihatin dengan kasus yang dihadapi PKS. Kalau urusannya dengan KPK itu urusan hukum yang bisa menimpa siapa saja dan partai apa saja. Tetapi betapa media memblow up kasus ini demikian besar dan terus menerus tiada henti dalam sebulan ini. Ini yang kita prihatinkan, ada apa? Ok lah itu berita, tetapi mengapa terus diulang-ulang? Demikian Kaban menyatakan dalam obrolan santai dngan Pimpinan Persis yang dihadiri penulis, ustadz Uus, ustadz Ade Abdurrahman, ustadz Dr. Dody, dan yang lainnya, mendampingi ketua umum PP. Persis.
Terkait dengan kasus Susno Duadji, sebagaimana yang ditanyakan oleh ustadz Ade Abdurrahman, yang sepertinya PBB membela orang yang melanggar hukum. MS Kaban menyatakan bahwa Susno orang yang didzalimi yang memerlukan pembela di saat-saat dia terpojok. Jasa Susno kepada negara dan bangsa ini sangat besar. Dialah satu-satunya pejabat polisi yang berani membongkar kejahatan korupsi di negeri ini. Dialah yang menangkap Robert Tantular, pelaku korupsi yang terkait dengan Kasus Century yang menghebohkan itu atas perintah Wapres Yusuf Kalla. Sehingga Susno, sebagai Kabareskrim Polri waktu itu dimarahi oleh Budiono, Gubernur BI pada waktu itu. Dan kita tahu bahwa ternyata kemudian diketahui Pak Budiono, yang kini Wapres itu terlibat dalam kasus Century.
Demikian pula, tidak logis jika Susno yang melaporkan kasus proyek Arwana itu dia korupsi di situ, yang kemudian dituduhkan kepadanya, yang notabene ia sendiri yang melaporkannya. Karena itu bagi PBB dengan segala risikonya, seperti dituduh membela koruptor, seperti halnya Prof. Yusril yang sering dituduh membela koruptor, tidak menjadi persoalan. Bahkan manfaat dari pembelaan itu, sesungguhnya diketahui banyak koruptor di negeri ini yang berlindung di balik kekuasaannya. Karena tindakan korupsi umumnya tidak bisa dilakukan secara individu, melainkan terkait dengan pihak-pihak lain. MS Kaban menyerahkan sepenuhnya kepada umat Islam jika PBB dinilai tidak strategis dalam mengusung Susno. Ini risiko dalam membela kebenaran yang kita ketahui.
Selanjutnya MS Kaban menyatakan bagaimana negara ‘dikuasai’ pihak asing dan umat Islam semakin terpojok? Analisisnya katanya terletak pada 141 undang-undang yang disahkan DPR selama ini. Jika dahulu dizaman Orde Baru, hanya ekonomi umat Islam yang 90 % ini yang dikuasai oleh yang 10 % (pihak minoritas). Tetapi sekarang lebih parah lagi. Bukan hanya ekonomi tetapi juga politik umat Islam terus diobok-obok. Umat Islam tidak boleh bersatu. Karena itu saya tidak setuju kata MS Kaban, dengan jargon yang diungkapkan oleh Alm. KH. Zaenudin MZ: ‘tidak di mana tetapi ada di mana-mana.’ Ini mencerminkan politik Islam tidak jelas dan tidak mencerminkan adanya kekompakan.
Dan hal itu tentu saja menguntungkan pihak lain. Karena itu terkait dengan konstelasi politik 2014 nanti, sepertinya kita (bangsa) ini sedang distir bahwa hasil Pemilu 2014 nanti tidak boleh ada parpol untuk mendapat raihan suara di atas 20 %, maka dengan begitu, setiap partai memerlukan koalisi dengan partai lain. Dan dengan adanya koalisi itu pemerintahan menjadi terpasung dengan kesepakatan-kesepakatan awal antar partai koalisi, di mana kepentingan umum menjadi terabaikan. Sementara partai Islam diskenariokan tidak lolos Electoral Threshold dalam Pemilu 2014, hal ini indikasinya terlihat dalam kasus PKS di atas. Jangankan dalam keadaan bersalah, tidak bersalah pun dicari-cari kesalahannya agar terpuruk.
Itu sebabnya, jika ada partai Islam pada Pemilu 2014 nanti, dinilai memiliki peluang untuk bisa berbuat banyak bagi kepentingan Islam dan umatnya di negeri ini, tidak ada salahnya jika kita dukung bersama, apakah itu PPP, PBB, atau PKS. Demikian Kaban menegaskan, dan terburu-buru mengakhiri dialognya, yang terpotong oleh adzan margrib dan hendak melanjutkan perjalanan ke Subang, selepas shalat magrib.
Pernyataan-pernyataan politik MS Kaban di atas, seakan bukan sebagai ketua umum parpol, melainkan sebagai tokoh umat Islam yang berusaha menyatukan potensi politik umat. Padahal ia seharusnya minta dukungan Persis untuk menjadi bagian dari politik PBB, lebih-lebih ketika bertemu dengan pimpinan Persis. Itulah barangkali politik etis MS Kaban, yang tahu bagaimana Persis memerankan politiknya selama ini.
Dalam obrolan di anak tangga keluar rungan, MS Kaban menyatakan dukungannya kepada PP. Persis untuk secepatnya mendapat izin berdirinya Universitas Persis, yang diamini penulis. Universitas penting bagi terciptanya generasi umat yang lebih baik, yang juga diamini penulis. (PP. Persis)
--- o 0 o ---
Kita dukung dan do'akan semoga partai-partai Islam semua lolos Parliamentary Threshold pada pemilu 9 April nanti.
Kita dukung dan do'akan semoga partai-partai Islam semua lolos Parliamentary Threshold pada pemilu 9 April nanti.
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda