Polwan Berjilbab – Ilustrasi |
Di pemerintahan Jokowi, Non-Muslim berani menentang penerapan
Jilbab bagi Polwan muslim. Tapi saat orang muslim pake kostum Santa malah
senang.
###
Jakarta
- Disaat
berbagai dukungan terus meuncul terkait jilbab polwan,
penentangan justru datang dari Ketua Persekutuan Gereja Indonesia, Albertus Patty.
Albertus menyatakan
ketidaksetujuannya atas rencana penetapan Peraturan Kapolri (perkap) terkait
seragam berjilbab bagi Polisi Wanita (Polwan).
Menurut Albertus, jilbab
bagi seorang muslimah hanya merupakan simbol keagamaan maka dalam satuan polisi
ataupun militer tidak perlu meletakkan simbol-simbol keagamaan. Ia menekankan
agar melihat satuan tersebut sebagai satu kesatuan korps dan keluarga.
“Lebih baik menggunakan
pakaian nasional, jadi polisi baik itu sudah menjalankan ibadah” kata Albertus
Patty seperti dikutip dari ROL, Jumat
(12/12/12).
Albertus mengatakan agama
tidak hanya sebatas simbol. Menurutnya, agama seharusnya lebih dipandang dari
sisi substansinya. Ia sendiri mengaku tidak menyukai penggunaan banyak simbol
dalam agama yang ia peluk.
Albertus beranggapan
menggunakan simbol agama tidak perlu dijadikan alasan untuk menjalankan ibadah.
Karena, lanjut dia, dengan berperilaku baik dan tidak koruppun sudah menjadi
bagian dari menjalankan ibadah.
Ia khawatir penggunaan
simbol agama justru dapat memecah antar umat beragama. “Kalau Budha minta hal
yang sama bagaimana?” ungkap Albertus.
Mungkin Albertus lupa
bahwa dibeberapa negara Eropa, penggunaan simbol-simbol agama pada kesatuan
polisi dan militer justru diperbolehkan seperti seperti janggut, tato,
pakaian luar atau hiasan tertentu saat berseragam, termasuk turban, kupluk, jilbab,
dan memperpanjang rambut.
Ketua Persekutuan Gereja Indonesia, Albertus Patty,
menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana penetapan Peraturan Kapolri (perkap)
terkait seragam berjilbab bagi Polisi Wanita (Polwan).
Menurutnya, dalam satuan polisi ataupun militer tidak perlu
meletakkan simbol-simbol keagamaan. Ia menekankan agar melihat satuan tersebut
sebagai satu kesatuan korps dan keluarga.
"Lebih baik menggunakan pakaian nasional, jadi polisi
baik itu sudah menjalankan ibadah" kata Albertus Patty saat dihubungi,
Jumat (12/12).
Albertus mengatakan agama tidak hanya sebatas simbol.
Menurutnya, agama seharusnya lebih dipandang dari sisi substansinya. Ia sendiri
mengaku tidak menyukai penggunaan banyak simbol dalam agama yang ia peluk.
Albertus beranggapan menggunakan simbol agama tidak perlu
dijadikan alasan untuk menjalankan ibadah. Karena, lanjut dia, dengan
berperilaku baik dan tidak koruppun sudah menjadi bagian dari menjalankan
ibadah.
Ia khawatir penggunaan simbol agama justru dapat memecah
antar umat beragama. "Kalau Budha minta hal yang sama bagaimana?"
ungkap Albertus.
(Sumber: ROL/sbb/dakwatuna)
---
Komentar
anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda