Hijab Bukan Komedi, Sebuah Surat untuk Film “Hijab”
AWALNYA saya mengira film ini hadir untuk memprovokasi semangat
para perempuan Muslim di tanah air untuk berhijab.
Ternyata sebaliknya
film ini lebih berisi kritik sosial yang dibuat secara komedi oleh sutradara
Hanung Bramantyo. Mengkritik atau dalam istilah Pak Hanung, menggelitik.
Nyatanya film dengan judul “Hijab” ini melupakan perjuangan penuh darah dan
nyawa para Muslimah yang syahid karena mempertahankan hijabnya.
Walau hanya menonton trailernya, Film ini
melukai semangat para Muslimah, terutama para muslimah di Eropa yang berjuang
untuk berhijab. Apalagi setelah kasus penyerangan di Prancis. Luka-luka itu
masih berdarah. Jadi, hormatilah para Muslimah yang sedang berjuang menjaga
harga diri mereka, sebaimana Anda sebagai seorang suami berusaha menjaga harga
diri istri Anda dari pelecehan, ketidakhormatan, dan kebencian orang-orang di
luar rumah Anda.
Saya seorang
Muslimah yang mengingat benar perjuangan ibu, saudari atau teman-teman yang
berjuang untuk berhijab di masa ketika prosedur dibenturkan dengan hukum
syariat. Banyak di antara mereka yang rela kehilangan pekerjaan demi mematuhi
perintah Tuhan daripada aturan manusia. Lebih dari itu, hijab adalah identitas
kami. Hijab ini menyatu dalam darah sebagai keyakinan yang teguh.
Pak Sutradara, ini
sebuah surat dari seorang Muslimah yang ingin Anda lebih menghargai darah yang
telah jatuh ke tanah.
****
Pak Sutradara yang terhormat,
Saya tak perlu
menjelaskan panjang lebar tentang kebebasan berkarya, kebebasan seni, atau
apalah. Hal yang patut Anda ingat adalah peristiwa-peristiwa hijab yang membuat
Anda bersyukur bahwa itu tak pernah menimpa keluarga terutama istri Anda.
Pak Sutradara,
Di luar sana bahkan
di sini, di Eropa, para Muslimah mengenakan hijab dengan membawa dua rasa; rasa
bangga sebagai Muslimah dan juga rasa ketakutan atas penyerangan-perangan para
Islamofobia.
Pak Sutradara,
tolong hargai perjuangan para Muslimah berhijab. Saya bersaksi atas perjuangan
seorang Muslimah Polandia yang terpaksa kehilangan teman-teman bahkan
dikucilkan oleh keluarga lantaran berhijab setelah syahadat yang ia lakukan
setelah peristiwa syahidnya Marwa El-Sherbini.
Hijab bukan saja
seonggok kain yang menutup kepala atau trend fashion yang timbul tenggelam. Hijab
adalah identitas. Hijab adalah nyawa.
Pak Sutradara, bila
semua yang saya uraikan masih belum terang, saya ingatkan Anda lagi dengan
berbagai peristiwa hijab yang bila itu adalah istri, saudari atau kaum kerabat
Anda, niscaya Anda akan berpikir ulang untuk membuat sebuah film komedi tentang
hijab. Sebelum menampar pipi orang lain, tampar saja pipi Anda sendiri. Atau
tampar pipi istri Anda.Rasa sakit yang timbul tak seberapa dibandingkan rasa
sakit jutaan para Muslimah di luar sana.
Pak Sutradara,
apakah Anda buta, tuli saat para Muslimah di Eropa menjadi objek penderita
lantaran hijab yang mereka kenakan? Di mana para Muslimah yang (dalam beberapa
kasus) memakainya menjadi terkucilkan dari masyarakat di mana mereka
tinggal—bahkan ada yang siap menjadi MARTIR?
Pak Sutradara….
4 SEPTEMBER,
INTERNATIONAL HIJAB SOLIDARITY DAY. Sebuah hari yang diingat untuk memperingati
hari-hari luka dan darah perjuangan para Muslimah .
Bukan untuk
menangisi kematian El-Sherbini, tapi untuk mengingatkan Anda bahwa kematiannya
adalah sebuah perlawanan kepada Islamofobia yang menghina hijab.
Ia seorang ibu muda
yang ditikam 18 kali di sebuah ruang sidang di timur kota Dresden, Jerman. Ia
ditikam lantaran tak menerima laki-laki Islamofobia itu menghina hijab. Suami
El Sherbini pun terluka.
Ia seorang Muslimah
terpelajar, seorang apoteker yang dengan berani melawan Islamofobia.
Bahkan sebuah
pernyataan dari Majelis Perlindungan Hijab di Eropa memberi sebuah persaksian.
“Sherbini bukan hanya seorang martir jilbab tetapi juga korban Islamophobia,
dimana banyak para Muslim Eropa menderita,” tegas Abeer Pharaon, ketua The
Assembly for the Protection of Hijab.
Kritik Anda yang
tertuai dalan film “Hijab” adalah sebuah kritik sosial yang sempit. Think
locally! Act Globally! []
Tulisan ini dikutip dari status akun
facebook Raidhah Athirah dengan seizin yang bersangkutan. [Islampos]
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda