Koalisi Merah Putih |
Tai Chi dikenal orang sebagai seni bela diri
yang indah. Bagaimana tidak, tanpa banyak gerakan, Tai Chi mampu memanfaatkan
gerakan lawan untuk meraih keuntungan. Sedikit gerakan dengan keseimbangan yang
baik, lawan dibuat tak berdaya oleh tenaganya sendiri saat menyerang. Karena
itu Tai Chi dianggap sebagai ilmu beladiri yang cerdas dan menjadi favorit
banyak orang.
Kini Koalisi Merah Putih (KMP) di DPR
seperti ibarat menggunakan beladiri Tai Chi dalam perkembangan kasus kisruhnya
penetapan Kepala Polri. KMP tak banyak aksi. Hanya sekali aksi saat uji
kelayakan, sehabis itu lawan-lawannya kelimpungan hilang keseimbangan.
Yang menjadi lawan
KMP tentu saja KIH, Jokowi, dan para pendukung Jokowi yang sinis terhadap KMP.
Kini mereka tak hanya hilang keseimbangan, bahkan saling serang dan bahkan
melakukan blunder dengan menyerang lembaga lain, yaitu KPK. Itu bukan karena
serangan KMP, tapi karena aksi mereka sendiri sejak penetapan Komisaris
Jenderal Polisi Drs. Budi Gunawan Msi sebagai Kapolri.
KIH yang sejak awal
merepotkan KMP dengan gerakan “DPR tandingan” dan sikap merajuk akibat mereka
tidak diakomodasi di deretan bangku pimpinan DPR, kini jadi saling tuding antar
sesama mereka. Kemarin ini, Effendi Simbolon mengeluarkan pernyataan yang
meningkatkan suhu di tubuh KIH. Ia menuding Nasdem agresif menguasai Jokowi.
“Masak PDIP tidak
marah dengan susunan menteri Jokowi? Marahlah, kecuali mereka yang pragmatis.
Kenapa Nasdem jadi 4 orang, memang Nasdem berapa persen?” teriak Effendi.
“(Jokowi) bukan (dalam) cengkeraman PDIP. Lebih banyak Paloh. Cuma suara 6%,
tapi andilnya segitu,” tegasnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan,
Jakarta, Selasa (27/1/2015).
Tidak diterima dituding,
Nasdem melalui Sekjennya, Patrice Rio Capella melawan. “Masuk akal nggak suara
6 persen cengkeram Presiden? Pernyataan Effendi kurang tepat. Jangan berikan
kesan mengadu domba antar partai koalisi lalu buat suasana kurang tepat,”
ujarnya di Gedung DPR Senayan, Rabu (28/1/2015).
Ada apa? Mengapa
tiba-tiba Effendi Simbolon menuding Nasdem? Tentu karena kubu PDIP gerah selama
ini dituduh mengendalikan Jokowi. Terutama ketika Jokowi menunjuk Budi Gunawan
sebagai Kapolri, yang mana Budi Gunawan adalah mantan ajudan Megawati
Soekarnoputri ketika wanita itu menjadi presiden.
Tak hanya KIH,
Barisan pendukung Jokowi pun mulai pecah. Pada Kamis 15 Januari 2015, sejumlah
relawan antara lain artis Olga Lydia, penyanyi Jflow, aktivis Kontras Hariz
Azhar, peneliti Indonesia Corruption Watch Ade Irawan, Sutradara Joko Anwar dan
Nia Dinata, aktivis Fadjroel Rachman, rohaniwan Benny Soesatyo dan sejumlah
relawan lain mendatangi gedung KPK. Mereka mengancam akan mencabut dukungan
kepada Jokowi bila desakan ini tidak diindahkan.
Para relawan ini
tidak terima bila Jokowi mengangkat Budi Gunawan sebagai Kapolri. Mereka juga
menyerang Megawati dan Surya Paloh yang dituduh telah mengendalikan Jokowi
sehingga sering membuat keputusan yang kontraproduktif.
Gerakan KMP
Lantas apa yang
telah diperbuat KMP? Tak banyak. KMP hanya diam dan menonton barisan mereka
pecah belah karena blunder sendiri.
KMP beraksi sekali,
saat uji kelayakan Budi Gunawan. Yang dilakukan KMP memang kontroversial,
menerima Budi Gunawan sebagai Kapolri. Tetapi tindakan itu malah membuat Jokowi
semakin melepuh tangannya karena bola panas begitu cepat dikembalikan.
Gerakan kalem Tai
Chi KMP pun terlihat dari pernyataan Fahri Hamzah dan Setya Novanto kepada
wartawan, senin (2/2/2015) kemarin. Seusai rapat konsultasi pimpinan dewan
dengan Presiden Jokowi terkait jabatan Kapolri, KMP memberi sinyal tak akan
melawan apapun keputusan Jokowi.
“Kami tidak boleh
lawan, kami ikut saja,” tegas Fahri Hamzah. Senada dengan Fahri, Setya Novanto
juga mengatakan akan menghormati pilihan presiden. “Kita sangat menghormati dan
mudah-mudahan semua ada jalan keluar yang baik,” tuturnya.
Gerakan Tai Chi KMP
di sini adalah dengan diam tanpa ikut campur kisruh yang sedang terjadi.
Bahkan, saat Effendi Simbolon memancing KMP untuk ikut dalam kekisruhan, mereka
tak menanggapi. Diam dan menjadi penonton yang cerdas.
Effendi Simbolon
pernah memprovokasi KMP dengan memberi pernyataan bahwa saat ini adalah saat
yang tepat untuk menjatuhkan Jokowi. “Siapapun yang berniat menjatuhkan Jokowi,
saatnya sekarang. Karena begitu banyak celahnya dan mudah-mudahan dua-duanya
(Jokowi-JK) yang jatuh,” katanya di Universitas Paramadina, Senin (26/1/2015).
Namun ucapan itu tak mendapat respon dari KMP.
Kalau KMP sampai
ikut campur dalam kekisruhan ini, maka bisa jadi KIH, Jokowi, dan pendukungnya
malah merapatkan barisan. Karena mereka menemukan musuh bersama. Atau KMP jadi
sasaran pelampiasan kemarahan pendukung Jokowi. Dan kisruh itu pun menemukan
kambing hitam: KMP.
Dengan tenangnya
KMP, pandangan publik tidak terhalangi untuk menatap sumber permasalahan. Yaitu
sang presiden sendiri yang sekarang di tengah pusaran kekisruhan.
M. Fikri/kabarumat/muslimina
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda