Rokok elektronik sebenarnya lebih berbahaya dari pada rokok biasa |
Rokok
elektronik masih menjadi pilihan sebagian perokok meski embel-embel
'elektrik' sebenarnya tak mengurangi bahaya rokok jenis ini bagi kesehatan.
The New England Journal of Medicine
baru-baru ini mempublikasikan bahwa rokok elektronik melepaskan formaldehida.
Zat tersebut bisa menjadi penyebab kanker (karsinogen) ketika dipanaskan dengan
baterai yang diatur pada tegangan tinggi.
Pada 28 Januari, Departemen Kesehatan
Masyarakat California, AS, merilis sebuah laporan yang menyatakan rokok
elektronik merupakan ancaman bagi kesehatan dan menyerukan regulasi
terhadapnya.
Apa saja isinya?
Sulit menjawab pertanyaan tentang apa
saja isi dari rokok elektronik. Belum ada badan negara yang mengawasi industri
rokok ini. Itu berarti, belum ada standar yang ditetapkan.
Label yang tertera pun tak menjabarkan
bahan-bahannya secara akurat, bahkan satu merek akan berbeda dengan merek
lainnya.
Hasil dari penelitian Food and Drug
Administration (FDA) AS terhadap 18 rokok elektrik berbeda, menemukan adanya
racun dan zat karsinogenik pada beberapa merk. Semua rokok elektronik umumnya
dilabeli 'tanpa nikotin', walau nyatanya mengandung nikotin.
Cairan elektrik
Cairan
yang juga dikenal dengan e-juice ini
merupakan nama cairan yang dipanaskan dan dikonversi menjadi aerosol, lalu
dihirup oleh para pengguna rokok elektrik.
Berikut adalah bahan yang paling umum:
1. Nikotin
Bahan adiktif dalam rokok elektrik dan rokok biasa ini menstimulasi sistem
saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah, pernapasan, serta detak jantung.
"Orang-orang merokok karena nikotin," ujar peneliti sekaligus pakar
tembakau dari Roswell Park Cancer Institute Buffalo, Maciej Goniewicz.
"Meskipun adiktif, sebenarnya
nikotin tak menyebabkan kanker. Hal yang perlu lebih diperhatikan yakni zat
lain yang ada di dalam cairannya," kata Goniewicz.
2. Perasa
Goniewicz juga menjelaskan, ada ratusan rasa pada cairan rokok elektik, seperti
ceri, cheese cake, kayu manis, dan tembakau. Banyak zat perasa ini yang juga
digunakan pada makanan.
"Ketika kita makan (zat perasa)
aman, tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi jika kita menghirupnya,"
terangnya.
Sulit untuk mendata semua bahan kimia
perasa, namun salah satunya bernama 'diacetyl', umum digunakan untuk
menambah rasa pada popcorn. Zat tersebut dikaitkan dengan penyakit paru-paru
yang mematikan jika dihirup. Zat kimia lainnya yang menambah rasa seperti
butter (mentega) juga berbahaya, jelas mantan anggota Komite Penasihat Ilmiah
Produk Tembakau dari FDA, Neal Benowitz.
3.
Propylene glycol (PG) adalah cairan
buatan laboratorium yang dianggap aman dalam makanan, obat-obatan, dan kosmetik
oleh FDA. PG juga digunakan dalam membuat asap atau kabut buatan untuk konser
dan pertunjukan lainnya. Namun asapnya bisa mengiritasi paru-paru dan mata,
serta berbahaya bagi orang-orang dengan penyakit paru-paru kronis, seperti asma
dan emfisema.
4. Glyserin atau gliserol
Merupakan senyawa tak berbau dan tak berwarna, namun memiliki rasa sedikit
manis. Seperti PG, FDA memandangnya aman. Senyawa ini ditemui di banyak produk,
termasuk maknan dan obat-obatan, baik dalam resep mau pun yang dijual bebas.
Meskipun PG dan gliserol aman dalam
makanan dan obat-obatan, efeknya bagi tubuh jika dihirup masih belum diketahui.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi jika seseorang menghirup zat kimia
tersebut dalam jangka waktu lama. Benar-benar belum diketahui," kata
Goniewicz.
Proses pemanasan
Zat kimia beracun terbentuk dari cairan
elektrik yang dipanaskan untuk membentuk aerosol yang dihirup oleh pengguna
rokok elektronik. Zat tersebut termasuk formaldehida (karsinogen), acetaldehyde
(penyebab karsinogen), dan acrolein (terbentuk dari gliserol yang dipanaskan,
dapat merusak paru-paru dan menyebabkan penyakit jantung pada perokok).
Ketiganya terlepas dalam jumlah yang
terus meningkat seiring dengan peningkatan suhu cairan elektronik. Benowitz
menambahkan, perokok bisa tergoda untuk makin meningkatkan suhunya.
"Sayangnya, semakin panas cairan
itu, nikotin akan semakin banyak diperoleh. Orang yang ingin mendapat nikotin
berdosis besar dapat menggunakan baterai tegangan baterai sangat tinggi atau
baterai dengan tegangan yang bisa disesuaikan," katanya.
Goniewicz
mengatakan bahwa zat perasa akan menutupi rasa tidak enak yang muncul ketika
perokok memanaskan rokok elektriknya, hingga formaldehida terbentuk.
Partikel kecil dalam aerosol rokok
elektronik bisa berbahaya. Benowitz mengungkapkan, ini jelas serupa dengan
kasus asap rokok dan polusi udara lainnya yang menyebabkan kerusakan pembuluh
darah, peradangan, dan efek pada sistem saraf.
Aerosol dari rokok elektronik memiliki
tingkat partikulat yang setara dengan rokok biasa. Namun, penelitian masih
kurang cukup terhadap rokok elektronik untuk membuktikan kesimpulan tentang
keamanan menghirup partikel yang terbentuk.
Logam beracun seperti timah, nikel,
kadmium, timbal, dan merkuri pun telah ditemukan dalam aerosol rokok
elektronik. Sebuah penelitian pada tahun 2013 membuktikan bahwa beberapa logam
seperti nikel terjadi pada konsentrasi 2 hingga 100 kali lipat dari rokok.
Jadi, apakah rokok ini aman? "Itu
semua relatif," ujar Benowitz. Menurutnya, berdasarkan penelitian yang ada
saat ini, sebenarnya rokok elektronik lebih berbahaya dari rokok biasa.
Menurut Asosiasi Paru Amerika, rokok
biasa menghasilkan sekitar 7000 zat kimia saat dibakar dan banyak diantaranya
beracun. Sementara itu rokok elektronik tidak begitu berbahaya bagi perokok
pasif.
Pengguna rokok elektronik menghembuskan
sedikit apa yang mereka isap, terang Benowitz. Alat mereka tak memancarkan
aerosol. Rokok, sebaliknya, mencemari udara dan paru-paru orang lain secara
signifikan. (Tribunnews)
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda