Nampaknya, perang yang berkecamuk di Yaman tidak akan selesai
dalam minggu atau bulan. Perang akan berkepanjangan. Tidak lagi antara 9 negara
Sunni vs Syiah Houtsi, tapi juga melibatkan negara-negara besar.
Ya. Raja Salman sebagai komandan koalisi berhadapan pada
fakta pengkhianatan di lapangan:
1. Pengkhianatan Uni Emirates Arab, yang membocorkan detail
serangan 'Ashifatul Hazm kepada anak-anak Abdullah Shalih. Salah satu anaknya kini
menjadi Dubes Yaman di Emirates. Bocornya detail serangan ini, membuat serangan
'Ashifatul Hazm tidak efektif.
2. Pengkhianatan Junta kudeta As-Sisi di Mesir. Di era Raja
Abdullah, As-Sisi mengatakan, akan menjadi pelindung negara-negara Teluk termasuk
Saudi. Baginya Mesir dan Teluk ibarat 2 sisi rel kereta api. Mudah! Namun kini,
As-Sisi malah balik arah. Ia tidak akan mengirimkan pasukan Mesir membantu
Saudi Arabia dalam perang Yaman.
3. Pengkhianatan Russia dan AS.
Russia jelas-jelas membackup Syiah Houtsi dengan
senjata-senjata rudal anti pesawat. Plus senjata serbu yang biasanya hanya
dimiliki pasukan reguler. Padahal di era Menhan Bandar bin Sulthan, Saudi
memborong puluhan pesawat tempur dengan syarat RUssia mendukung kudeta di
Mesir. Di sisi lain, AS pun mengkhianati Raja Salman. Puluhan ribu pasukan AS
di Saudi Arabia dan Qatar, nampaknya memilih diam dan membiarkan Saudi melawan
SYiah Houtsi sendirian. Belum lagi kesepakatan AS-Iran soal senjata nuklir yang
baru ditandatangani. Hal yang membuat Raja Salman marah!
4. Pengkhianatan intelejen.
Perlu diketahui, intelejen Saudi masih terpengaruh oleh At-Tuwaijiri. Sekian puluh tahun menjadi orang paling dominan, tentu tidak serta merta bisa disingkirkan hanya dalam hitungan bulan.
Perlu diketahui, intelejen Saudi masih terpengaruh oleh At-Tuwaijiri. Sekian puluh tahun menjadi orang paling dominan, tentu tidak serta merta bisa disingkirkan hanya dalam hitungan bulan.
Sebagai jalan keluar, Raja Salman mau tak mau harus kembali
merevisi kebijakan Raja Abdullah yang terang benderang mendukung kudeta di
Mesir. Seperti diketahui, Raja Salman pernah mengatakan, "Zhalamna
Mursi" (Kita telah menzhalimi Presiden Muri). Raja Salman termasuk yang
tidak setuju kudeta di Mesir.
Kini seiring dengan kebutuhan personil darat melawan Syiah
Houtsi yang tidak bisa hanya dengan serangan udara, Raja Salman melakukan
rekonsiliasi dengan Al-Ishlah Yaman sayap Ikhwanul Muslimin di Yaman.
Targetnya, Ikhwan Yaman akan menjadi personil darat vs milisi Syiah Houtsi.
Kemudian memperbaiki hubungan dengan Qatar dan TUrki. Plus kemungkinan besar,
Raja Salman akan mendorong jenderal militer Mesir lainnya untuk menggantikan
As-Sisi.
Saya hingga kini masih terus mendoakan, Raja Salman dalam
keadaan sehat walafiat. Lalu memohon kepada Allah dalam istikhoroh panjang,
agar menunjukkan jalan terbaik. Karena nampaknya AS-Russia sepakat, membiarkan
Teluk terutama Saudi Arabia berdarah-darah. Targetnya jelas, menyedot sumber
daya ekonomi dan uang yang berlimpah di negara Teluk hingga kering
sekering-keringnya.
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda