Makasar - Allah Swt bisa memberi hidayah kepada siapa saja yang dia
kehendaki. Termasuk kepada Jafar, pemuda penghafal Alqur'an (hafiz). Bandingkan,
ibunda Jafar adalah seorang pemuka agama lain.
Dikutip dari bersamadakwah.net, Rabu (1/4/2015), pemuda ini
memutuskan menjadi mualaf kala ibunya sedang menempuh pendidikan agama di luar
negeri.
Ia memiliki koleksi kitab suci agama dianut sebelumnya yang
terbit tahun 1958. Ia rajin membaca, mengoleksi buku, mengaji kitab. Kelas 1-6
SD mengkaji khusus kitab oleh pemuka agama dan ibunya sendiri. Ia sangat fasih
menjelaskan ajaran tentang agama sebelumnya dengan rinci.
Sekarang, ia menjadi penghafal Alqur'an. Tiga tahun terakhir
ia fokus mengaji Alqur'an. Hafalannya sekarang sudah 20 juz. Ia tetap cinta
ibunya. Anak berparas ganteng itu sekarang sekolah di Sekolah Penghafal Darul
Istiqamah, Macopa, Maros.
Kabar baik tersebut diunggah di media sosial oleh akun
bernama Ismawan As, pengasuh di pondok pesantren itu. Terang saja, kabar itu
membuat pengguna media maya ikut menulis komentar:
“Cara berdakwah beliau juga sudah sangat baik. Selalu
menjadi inspirasi bagi santri lain,” kata Andi Tenri Ewa, menulis komentar.
“Subhanallah. Wah hebat dan salut walau tidak lagi seiman
dengan ibunya masih tetap menghargainya,” kata Anita Ruhama, menulis komentar.
Profil Darul Istiqmah
Dikutip dari darulistiqamah.com, Pesantren Darul Istiqamah
(DI) ada sejak KH Ahmad MArzuki Hasan bergabung di Organisasi Muhammadiyah.
Peserta pengajian Alqur'an yang ia bawakan terus bertambah. Atas dasar ingin
memajukan dakwah dalam bentuk pembinaan yang lebih baik, beliau bertemu dengan
Panglima Kodam untuk berkonsultasi terkait rencana pendirian Pesantren DI.
Pasca pertemuan itu, Pesantren DI mulai digagas.
Bersama dengan jama’ah di Masjid Nurul Hidayah Jalan
Kapoposang (sekarang: Jalan Andalas), gagasan pendirian Pesantren DI mulai
diwujudkan. Rumah Haji Latanrang di Jalan Merpati menjadi saksi pembuatan Badan
Hukum Pendirian pesantren. Pada 1970, yayasan ini berdiri dengan nama Yayasan
Pendidikan Da’wah Islamiyah (YPDI) dan berkantor di Jalan Merpati Masjid
Jenderal Sudirman, Makassar.
Dengan menggunakan sepeda, beliau menyusuri Makassar menuju
Maros untuk mencari lokasi pesantren. Hingga ia pun berhenti di hamparan hutan
sekitar Maccopa. Daerah yang kemudian menjadi lokasi pendirian Pesantren DI.
Santri pertama Pesantren DI awalnya dua orang. Secara khusus
mereka belajar Tafsir Alqur'an dari KH ahmad Marzuki Hasan. Kemudian santri
berkembang menjadi delapan orang, lalu bertambah jadi dua belas orang.
Mereka kemudian yang merintis pesantren DI. Lokasi yang
hanya 0.5 ha pelan-pelan bertambah luasnya. Sementara itu pengikut KH ahmad
Marzuki Hasan yang tersebar di Sulawesi satu persatu hijrah ke Pesantren DI.
Pesantren Darul Istiqamah sebagai induk membuka kelas untuk
santri baik putra maupun putri dengan jenjang Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah kemudian pada tahun 1991 berubah menjadi KMI kemudian berubah lagi
menjadi Sekolah Persiapan Da’i (SPD).
Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan zaman maka
pada tahun 2011 berubah menjadi Sekolah Putri Darul Istiqamah dengan membuka
jenjang SMP-IT dan SMA-IT. Saat ini Sekolah Putri Darul Istiqamah berdiri di
atas lahan seluas + 5 hektare dengan konsep Go Green Campus.
Diharapkan nantinya, sekolah ini akan menghasilkan
generasi-generasi penerus islami yang merupakan tumpuan harapan menjadikan
muslimah-muslimah cerdas dan sholehah.
Sekarang ini,Pesantren DI sudah memiliki 30 Cabang yang
tersebar di Indonesia Timur. Seperti di Makassar, Gowa, Sinjai, Enrekang, Bone,
Gowa, Maros, Wajo, Luwu, Luwu Timur, Manado, Luwuk Banggai, Sulbar, Sorong
Papua, Jakarta, Kolaka, dan Kolaka Utara.
sumber:Tribunnews
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda