Breaking News
Loading...
Sabtu, 13 Juli 2013

Info Post
Saya bukan  ahli fashion, bukan juga seorang fashionista.. Saya  bukan pengamat mode apalagi korban mode.  Dalam keseharian saya berpakaian sederhana saja. Yang penting bersih, rapi, nyaman, dan enak dipandang. Saya rasa teman-temanpun banyak yang seperti itu. Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak menaruh perhatian pada dunia mode, bukan ?

Bukan karena sekarang umat Islam sedang menjalani ibadah puasa maka saya menulis ini.  Saya hanya ingin menyuarakan kegundahan hati saya, melihat maraknya penggunaan pakaian yang sudah sangat melenceng jauh dari salah satu fungsi sejati sebuah pakaian, yakni melindungi kesehatan.

Bagi kita yang memiliki anak-anak remaja, masalah mode pakaian yang digunakan anak-anak  menjadi masalah yang penting. Mau tidak mau kita harus tahu  trend mode yang berkembang saat ini, karena kebanyakan anak remaja kita senang mengikuti mode, meski dengan level yang berbeda-beda. Mengapa kita harus concern dengan trend mode, karena hal tersebut berkaitan dengan gaya hidup, dengan kepantasan, dengan moral, dan ini yang tak kalah penting : dengan kesehatan anak-anak kita.
-
ourvoice.or.id

Hipster Jeans, si celana melorot

Ini tentang celana (panjang) berbahan jeans model Hipster. Sejak beberapa tahun yang lalu celana model ini  sangat booming. Nyaris semua orang memakainya, tak peduli umur, tak peduli pantas ataukah tidak. Bukan hanya orang yang tinggal di kota besar yang memakai celana model melorot ini, anak-anak remaja penghuni  perkampungan di kaki bukitpun, tak mau kalah memakainya.

Setelah bertahan kurang lebih 10 tahun sejak booming pertama kali di awal - awal tahun 2000 an (cmiiw) , celana jenis ini masih saja bertahan sampai hari ini. Tahun lalu saya sempat merasa senang karena saat itu sempat muncul model celana jeans dengan garis pinggang yang letaknya memang di pinggang (seperti celana jeans model remaja tahun 80 - 90 an). Namun entah mengapa, model celana sepinggang ini cepat sekali menguap, tiba-tiba sudah out of date tanpa sempat mengalami booming. Dan anak-anak remajapun, tetap saja kembali memakai jeans hipster si celana melorot.

Yang menarik dari dari celana hpster adalah garis pinggangnya yang melorot sedemikian rupa sampai  jauh mencapai dasar pinggul,  hanya berjarak tiga jari saja diatas garis kemaluan. Benar-benar melorot dalam arti yang sesungguhnya. Tak hanya melorot, pipa kaki celana inipun sangat ketat dan menyempit ke bawah (model pensil). Ini artinya, anak-anak remaja yang memakai celana hipster ini, selain harus menggunakan trik khusus untuk memakainya (konon katanya, ada anak-anak yang harus membungkus kakinya dengan kantong plastik agar kakinya bisa lolos dengan licin ke dalam kaki celana. ck ck …), juga harus siap setiap saat membetulkan celananya yang sedikit-sedkiti melorot, dan buat anak perempuan sebisa mungkin dilarang kebelet pipis, mengingat sempitnya celana ini.

Celana yang kehilangan fungsinya

Ada banyak fungsi pakaian yang hilang dengan munculnya model Hipster ini. Namun yang ingin saya bicarakan disini hanyalah fungsi kepantasan dan fungsi kesehatan.

1. Fungsi kepantasan

Anak-anak remaja yang mengenakan celana jeans hipster (model pensil), seringkali terlihat berantakan dan canggung dalam bergerak, tidak lepas bebas sebagaimana seharusnya seorang remaja. Dan ini akan diperparah lagi, manakala gadis remaja yang mengenakan hipster ini masih juga memakai sepatu atau sandal bertumit tinggi. Semakin canggung saja geraknnya.

Saking melorotnya, sebentar-sebentar mereka harus menaikkan celananya ke posisi semula. Dan tentu kita semua paham, bahwa dalam etika pergaulan, gerakan menaikkan celana, apalagi yang terlampau sering, adalah gerakan yang kurang elok, kurang pantas dilakukan di depan umum, terlebih jika terlampau sering diulang.

Masih tentang terlalu melorotnya celana hingga ke batas bawah  garis pinggul, kondisi ini akan menyebabkan (maaf) celana dalam yang seharusnya tersembunyi, menjadi menyembul dan terpapar dengan bebasnya ke luar.
Kerap kali kita melihat anak-anak remaja perempuan  yang menggunakan celana model ini, harus merelakan (entah disengaja atau tidak), celana dalamnya terlihat, manakala dia harus membungkuk, berjongkok, atau duduk diatas boncengan sepeda motor.  Ini jelas pemandangan yang tidak pantas tampak di keramaian.

Bapak-bapak saja, yang biasanya senang dengan pemandangan perempuan yang bening-bening, kalau harus melihat pemandangan seperti ini di tempat umum, kebanyakan akan merasa jengah juga, dan memilih memalingkan wajah pura-pura tidak melihat.
 
Masih mending kalau celana dalamnya bagus, masih baru, apalagi yang warnanya dibuat serasi dengan warna hipster jeans yang dikenakannya,  masih bisa dimaafkanlah. meskipun begitu, anak-anak harus tahu, bahwa sesuai dengan namanya, celana dalam, harus tetap berada di dalam. Tidak ditampakkan begitu saja.  Ini tidak ada hubungan dengan bulan puasa atau bukan, sekali lagi ini tentang kepantasan dan kepatutan.

Tapi nyatanya banyak sekali  remaja perempuan atau remaja laki-laki yang tidak “aware” dengan kepantasan itu, dan tidak peduli dengan area yang seharusnya menjadi privacy nya itu.

Sembarangan saja mereka mengenakan pakaian dalamnya. Celana dalam yang sudah usang dipakai juga. Terlihat bolong di sana-sini, renda yang sudah keriting, jahitan yang dedel, motif dan warna celana dalam  super norak yang warnanya sudah luntur, dsb, yang semuanya, jika nongol begitu saja dari tempat yang seharusnya, sangat menyakitkan mata orang yang memandangnya.

Yang paling parah itu, kalau si gadis merelakan tali G-Stringnya terlihat dengan bebas, saking melorotnya sang hipster. Aihh, bisa batal nih puasanya bapak-bapak.

2. Fungsi kesehatan

Sudah banyak ahli kesehatan yang. mengeluhkan bahaya celana jeans hipster yang terlampau ketat ini.

Dr Lisa Stern, seorang pakar keseharan dari USA mengungkapkan bahwa sindrom yang ditimbulkan celana ketat model hipster sudah menjadi semacam epidemi. Bagi perempuan yang sering mengenakan celana ini, resiko yang paling sering timbul adalah gangguan kesehatan terhadap alat reproduksi. Bisa berupa perubahan cairan vagina, iritasi kulit, hingga radang rongga panggul. Dalam beberapa kasus, sindrom celana ketat disertai dengan penyakit menular seksual seperti infeksi jamur, kram menstruasi, serta gangguan pencernaan.

Sementara Dr Octaviano Bessa, masih dari USA mengungkapkan, penggunaan celana yang terlalu ketat dapat menimbulkan motilitas usus. Hal ini menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman dan sakit pada bagian perutnya dua atau tiga jam setelah makan. Namun jarang ada orang yang menyadari bahwa gangguan tersebut disebabkan pemakaian celana yang sempit . Celana ketat juga menyebabkan gangguan pada syaraf yang disebut gangguan meralgia paresthetica. Jika penggunaannya digabungkan dengan pemakaian sepatu model stiletto, maka akan menyebabkan tekanan pada syaraf fermonalis, yang menyebabkan rasa tertekan dan nyeri seperti terbakar di daerah kaki. (healthdetik.com)

Busana mencerminkan peradaban 

Saya tidak sedang membicarakan fungsi pakaian dari sudut pandang Islam agama saya. Karena dalam agama kami, tata cara berpakaian bagi laki-laki dan perempuan sudah jelas aturannya. Disini saya berbicara sebagai seorang pendidik dan seorang warga negara yang menaruh concern pada mode pakaian yang berkaitan dengan pertumbuhan dan kesehatan anak-anak (remaja) Indonesia. Lebih jauh lagi saya yakin, semua agama mengajarkan agar penganutnya menggunakan pakaian sesuai dengan kepantasan, kesopanan, dan tidak membahayakan kesehatan.

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang kondusif, yang mendapatkan kasih sayang dan didikan memadai dari orang tuanya,  tentu sudah terbiasa menggunakan pakaian dengan sewajarnya. Artinya, meskipun mengikuti mode, pemilihan pakaian pun tetap memperhatikan faktor kenyamanan, perlindungan, keindahan, kepantasan, dan kesehatan.

Namun di luar sana, begitu banyak anak-anak remaja yang sangat asal-asalan dalam memilih pakaiannya.  Asal modis, asal menuruti kata hatinya, tanpa mempedulikan apakah busana yang dikenakan cocok dengan dirinya, dan apakah baik bagi kesehatannya ataukah tidak. Mereka tidak menyadari bahaya yang sedang mengancam dirinya, karena tak ada orang dewasa yang memberitahu mereka.

Tentu  kita tidak dapat begitu saja melarang anak-anak memakai jeans hipster yang ketat, karena masalah mode adalah masalah selera. Tak bisa pula kita melarang para penggiat mode dan pebisnis mode untuk terus memproduksi jenis jeans model  ini, karena itu juga hak mereka.

Yang bisa kita lakukan adalah mendidik anak-anak remaja kita dengan sungguh-sungguh, memberi pemahaman yang baik dan benar tentang mode busana yang baik dan tidak baik, yang pantas dan yang tidak pantas bagi perkembangan fisik dan mental mereka.

Mungkin sudah saatnya meningkatkan frekuensi diskusi dan dialog dengan anak-anak remaja di lingkungan kita. Karena bagaimanapun sudah seharusnya setiap orang dewasa berperan sebagai guru dan teladan yang baik bagi anak-anak dan remaja di lingkungannya. Hal ini sangat penting, karena busana yang dikenakan suatu bangsa menunjukkan tingkat kemajuan peradaban dan akhlak suatu bangsa.

Nah teman-teman, selamat mendidik yaa .. :)

Salam sayang,

(Kompasiana - Anni - Penulis)

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda