Pasca penangkapan presiden terguling Mesir Muhammad Mursi, pejabat
sementara Negeri Sungai Nil ini memerintahkan militer menangkap lebih
banyak lagi petinggi Ikhwanul Muslimin atas tuduhan menghasut warga
berdemonstrasi dan melakukan kekerasan, semikian dilasir stasiun
televisi Al Arabiya (8/7).
Surat penangkapan ini juga berlaku bagi pendukung Ikhwanul Muslimin.
Seperti terjadi pada imam besar Mesir Safwat Hegazy menyerukan pendukung
Mursi berdemo atas kudeta militer. Namun ini ditanggapi berlebihan oleh
kejaksaan agung mengatakan dominasi kelompok Islam itu bakal segera
berakhir.
Bisa jadi ini benar lantaran presiden sementara Mesir Adli Mansur
sudah memilih susunan kabinet baru didominasi kaum liberal dan
politikus. Tidak satu pun dari mereka anggota Ikhwanul Muslimin,
sementara menteri pertahanan Jenderal Abdul Fatah al-Sisi memimpin
kudeta menjadi perdana menteri.
Sejumlah pengamat menyambut kehadiran sejumlah menteri yang memang
keahliannya dibutuhkan oleh Mesir untuk mengatasi krisis ekonomi saat
ini. Namun tanpa kehadiran anggota kabinet dari Ikhwanul Muslimin
pengamat mengkhawatirkan kesepakatan politik di masa depan akan sulit
dicapai.
"Dalam bahasa politik, mereka seperti memberi pesan dengan mengatakan
'Kami menang, kalian kalah'," kata Moataz Abdul Fattah, pengamat
ekonomi politik di Universitas Kairo.
Ini menyebabkan barat semakin ketar ketir. Muatan politis apa yang
ada dibalik penahanan Mursi. Padahal sejak digulingkan awal bulan ini
banyak pihak mencium ketidakberesan kudeta itu. Turki lebih dulu
mengecam penggulingan Mursi dan menyebut hal itu tidak demokratis.
Terakhir Uni Eropa lewat Kepala Kebijakan Luar Negeri Catherine
Ashton dua hari lalu mengunjungi Ibu Kota Kairo, Mesir, untuk meminta
Presiden sementara Adli Mansur membebaskan Presiden Muhammad Mursi yang
telah dikudeta militer dua pekan lalu.
"Saya percaya dia harus dibebaskan. Saya yakin dia dalam keadaan baik
dan saya ingin melihatnya," ujar Ashton. Tak menyiakan kesempatan,
perempuan itu juga bertemu dengan pemimpin Ikhwanul Muslimin Amr Darrag
dan Perdana Menteri Mursi, Hisham Kandil.
Darrag mengatakan dia tak punya rancangan untuk mengatasi krisis
politik di Mesir. "Kami tidak mengharapkan bantuan dari siapa pun. Kami
bergantung kepada diri kami sendiri," kata dia.(merdeka.com)
-
Komentar Anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda