Breaking News
Loading...
Jumat, 19 Juli 2013

Info Post
Pasca penangkapan presiden terguling Mesir Muhammad Mursi, pejabat sementara Negeri Sungai Nil ini memerintahkan militer menangkap lebih banyak lagi petinggi Ikhwanul Muslimin atas tuduhan menghasut warga berdemonstrasi dan melakukan kekerasan, semikian dilasir stasiun televisi Al Arabiya (8/7).


Surat penangkapan ini juga berlaku bagi pendukung Ikhwanul Muslimin. Seperti terjadi pada imam besar Mesir Safwat Hegazy menyerukan pendukung Mursi berdemo atas kudeta militer. Namun ini ditanggapi berlebihan oleh kejaksaan agung mengatakan dominasi kelompok Islam itu bakal segera berakhir.

Bisa jadi ini benar lantaran presiden sementara Mesir Adli Mansur sudah memilih susunan kabinet baru didominasi kaum liberal dan politikus. Tidak satu pun dari mereka anggota Ikhwanul Muslimin, sementara menteri pertahanan Jenderal Abdul Fatah al-Sisi memimpin kudeta menjadi perdana menteri.

Sejumlah pengamat menyambut kehadiran sejumlah menteri yang memang keahliannya dibutuhkan oleh Mesir untuk mengatasi krisis ekonomi saat ini. Namun tanpa kehadiran anggota kabinet dari Ikhwanul Muslimin pengamat mengkhawatirkan kesepakatan politik di masa depan akan sulit dicapai.
"Dalam bahasa politik, mereka seperti memberi pesan dengan mengatakan 'Kami menang, kalian kalah'," kata Moataz Abdul Fattah, pengamat ekonomi politik di Universitas Kairo.

Ini menyebabkan barat semakin ketar ketir. Muatan politis apa yang ada dibalik penahanan Mursi. Padahal sejak digulingkan awal bulan ini banyak pihak mencium ketidakberesan kudeta itu. Turki lebih dulu mengecam penggulingan Mursi dan menyebut hal itu tidak demokratis.

Terakhir Uni Eropa lewat Kepala Kebijakan Luar Negeri Catherine Ashton dua hari lalu mengunjungi Ibu Kota Kairo, Mesir, untuk meminta Presiden sementara Adli Mansur membebaskan Presiden Muhammad Mursi yang telah dikudeta militer dua pekan lalu.

"Saya percaya dia harus dibebaskan. Saya yakin dia dalam keadaan baik dan saya ingin melihatnya," ujar Ashton. Tak menyiakan kesempatan, perempuan itu juga bertemu dengan pemimpin Ikhwanul Muslimin Amr Darrag dan Perdana Menteri Mursi, Hisham Kandil.

Darrag mengatakan dia tak punya rancangan untuk mengatasi krisis politik di Mesir. "Kami tidak mengharapkan bantuan dari siapa pun. Kami bergantung kepada diri kami sendiri," kata dia.(merdeka.com)
-
Komentar Anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda