Breaking News
Loading...
Selasa, 10 September 2013

Info Post
Meskipun banyak yang tidak menyukai mendiang Hugo Chavez, saya termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang menyukainya. Meskipun menyukai sepak terjang sang commandante, saya tidak seperti pemuja Che Guevara yang memasang poster Che di kamar dan mempunyai beberapa kaos bergambar dirinya. Mungkin syndrome Daud versus Jalut (David vs Goliath) yang selalu membuat saya lebih memilih dan berpihak pada orang yang mencoba melawan raksasa kemapanan.

Sang commandante dengan sepak terjangnya sedikit banyak mencitrakan dialah sang David yang berani melawan hegemoni dari negara raksasa. Tanpa ada rasa takut dia secara terbuka mengolok-olok kepala dari sang raksasa. Majelis Umum PBB setiap tahun menjadi teater menarik ketika sang commandante tampil dengan gayanya yang memukau dengan pidato bahasa spanyol yang menghentak-hentak dan intonasi berirama.


Meskipun USA adalah salah satu konsumen terbesar dari minyak Venezuela, itu tak membuat sang commandante harus menahan diri dan menjaga lisannya agar jangan sampai USA mengalihkan pembelian minyaknya dari Venezuela. Mungkin sang commandante sadar bahwa USA yang digerakkan oleh kaum kapitalis selalu digerakkan oleh kepentingan ekonominya dan rela berkorban apa saja yang penting kantong tetap tebal dan perut tetap kenyang. USA tidak mungkin mengalihkan sebagian supply minyaknya dari Venezuela yang merupakan tetangga di halaman belakang ke negara timur tengah yang harus menempuh jarak jauh dan melewati berbagai daerah rawan konflik.

Di masa sang commandante berkuasa sebagai presiden, dia memutar rasio bagi hasil minyak Venezuela dengan perusahaan asing. Jika sebelumnya rasio itu jauh lebih berat menguntungkan perusahaan asing, maka dirubahnya sehingga menguntungkan Venezuela. Dengan cara pintar dia tidak sepihak membatalkan kontrak yang sudah ditandatangani penguasa sebelumnya. Tapi dia mengancam perusahaan asing itu jika tidak mau merubah kontrak dan membalikkan rasio keuntungan maka dia akan membuat undang-undang yang akan membuat perusahaan asing itu mendapat beban lebih berat dengan berbagai pungutan yang tentu saja valid dan sah karena dibuat berdasarkan undang-undang baru. Alih-alih kabur dan meninggalkan venezuela, perusahaan asing itu akhirnya setuju merubah kontraknya dan keuntungan terbesar sekarang menjadi bagian dari pemerintah dan rakyat Venezuela. Karena dengan kontrak baru pun perusahaan asing masih mendapatkan keuntungan.

Sang commandante telah wafat dengan sejuta kenangan dari rakyatnya. Sang commandante berbahagia karena wafat disaat masih dicintai oleh sebagian besar rakyatnya. Terbukti Sang commandante terpilih sebagai presiden meskipun dalam kondisi sakit dan dalam perawatan. Yang lebih mungkin membahagiakan adalah yang terpilih menggantikannya adalah Meduro, kader utamanya yang juga wakil presiden semasa sang commandante menjabat sebagai presiden.

Tak semua cerita manis tentang sang commandante. Angka korupsi venezuela meningkat. Ada berbagai kekurangan di era sang commandante menjabat. Tapi saya tetap menghargainya karena sang commandante adalah sedikit pemimpin negara yang berani melawan hegemoni negara besar dan berjuang demi kepentingan rakyat sendiri.

Baru-baru ini telah dilangsungkan KTT G-20 di St Pettersbug di Russia. Dalam KTT itu krisis Syria tidak pernah menjadi agenda resmi, tapi yang terjadi adalah KTT G-20 bahkan seakan menjadi KTT tentang Syria. Hal ini terjadi karena Obama sudah bertekad tetap akan menyerang Syria sedangkan sang tuan rumah Kamerad Vladimir Putin tidak menginginkan USA menyerang Syria kecuali sudah mendapatkan mandat dari PBB. KTT menjadi ajang mencari dukungan bagi dua kubu tersebut. Hasilnya USA dengan didukung sekutu tradisionalnya seperti Inggris, Perancis, Jerman, Turki, dan Saudi tetap menginginkan USA menyerang Syria. Disisi lain Russia, China, India, Indonesia, Afrika Selatan tetap menolak USA menyerang Syria kecuali mendapatkan mandat dari PBB.

Pada akhir KTT dalam konferensi pers bahkan Kamerad Putin dengan terang-terangan mengatakan bahwa Russia akan membantu Syria jika ada yang mencoba menyerangnya. Itu sama saja dengan mengatakan ke USA bahwa jangan ganggu, karena jika diganggu maka sayalah lawanmu. Ucapan sang Kamerad ini amat penting. Masih teringat dengan perang Vietnam, dimana USA yang mendukung pemerintah Vietnam Selatan sudah kegatalan untuk membom Korea Utara dengan bom nuklir terpaksa harus mengurungkan niatnya dan menahan diri tak menggunakan bom pemusnah massal itu karena Uni Sovyet sudah mengancam akan membalas nuklir USA itu.

Alih-alih dari From Russia with Love, Obama terpaksa harus menahan muka merah dan bahkan menjadi From Russia with Shame. Sang Kamerad yang kembali coba membangun Russia dari traumatik runtuhnya Uni Sovyet menjadi the rising star. Akankah sang Kamerad menjadi David pengganti Chavez ? Sepertinya sang kamerad tak layak disebut Sang David, karena Russia adalah sebuah negara raksasa. Yang terjadi adalah Goliath vs Goliath. Semoga jika para gajah bertarung, rumput-rumput disekitarnya tak binasa.[kompasiana]
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda