Breaking News
Loading...
Jumat, 18 April 2014

Info Post


MENJADI ANGGOTA LEGISLATIF, PEJABAT NEGARA, PERSIS SEPERTI DILAKUKAN KADER-KADER KOMUNIS



Kini Syiah tidak lagi menggunakan taktik TAQIYAH dalam menebarkan kesesatannya di Indonesia, seolah para ulama di Indonesia, ADANYA DIANGGAP SAMA DENGAN TIDAK ADANYA. Mereka terang terangan menyesatkan sahabat sahabat nabi, istri istri Rasul dalam media terbuka. Penyesatan mereka terhadap umat Islam yang tidak sepaham dengan Syiah menjadi santapan dari hari ke hari . Ulama ulama sunni bungkam, sibuk mengadili kelompok lain yang tidak pernah terbukti kejahatannya.


Keberanian Syiah kencing di muka umum , memaki para sahabat dan istri nabi diberbagai media, dan ditempat tempat terbuka dan stasiun TV sudah tak dapat dibendung lagi, Namun para ulama sunni yang terikat cinta dengan revolusi pemikiran syiah, menjadi bisu seribu bahasa, tersipu malu, tak ada yang perduli kalau virus edemik Syiah sedang menyerang muslim Indonesia

Banyak kawasan negeri ini dari penduduk muslimnya nyanyak tidur, tidak perduli dengan bencana Syiah yang sedang menggarap lahan mereka. Seperti terhipnotis, kalangan tokoh tokoh Islampun mulai luntur imannya, bahkan turut andil merugikan umat Islam dan membanggakan hasil ijtihadnya yang membahayakan dengan jangkauan pemikirannya yang paradok. Mereka dengan kidung intelektualitas muslim yang centang perenang, turut melakukan pembiaraan terhadap kesesatan syiah yang merangsang pemuda pemuda Islam masuk dalam perangkapnya, melalui kekayaan intelektual mereka. Keberadaan mereka sebagai intelektual muslim menebar pemikiran merugikan dikalangan intelektual Islam itu tercermin dari tokoh tokoh ormas yang faksional pemikirannya diasaskan pada penyelamatan bangsa, meskipun sebenarnya menelanjangi kehormatan bangsa.

Perayaan Idul Ghodir di Indonesia yang berlangsun pada hari Sabtu (26/10/2013) tahun lalu menjadi misi ekspansi ideologi. Acara bertema “Imam Ali as. Putra Ka’bah Pemersatu Umat” ini telah diselenggarakan di gedung SMESCO (SME) Convention Hall, Jalan Gatot Subroto Kav. 94, Jakarta Selatan. Tentu merupakan bentuk ekspansi dan revolusi budaya oleh Syiah untuk merobah kultur Indonesia ke Iran. Namun para intelektual muslim yang berbicara wacana kebangsaan tidaklah peka dengan fenomena pemikiran dan budaya Syiah yang makin menampakkan wajahnya. Kalau mereka sebenarnya sedang menancapkan asas pemikiran kembali pada mitos dan kultus Persia lama.

Keterpurukan nalar intelektual muslim yang terperangkap aliran Syiah bisa disebut “musibah” besar terhadap Islam. Karena mereka dengan kunci keterbukaan yang dibentangkan diatas permadani kebangsaan, justru akan menjadi bumerang, sehingga bangsa, terutama Islam akan menjadi korban nista Syiah yang bisa memicu perang sipil sesama warga dinegara ini.

Kelakuan Syi'ah

Sejak tahun 80 an usaha Syiah menebarkan pengaruhnya di Negara ini dijalani dengan sabar , mereka bagaikan ulat yang menyelinap masuk pada buah buahan, dan membiarkan kulit luarnya tetap utuh, menyenangkan bila dipandang mata, padahal bagian dalamnya melepuh dan membusuk. Itulah gambaran muslim kita.

Tetapi obsesi intelektual muslim yang terjangkit lata, menggadaikan agamanya, dengan membiarkan Syiah tetap berkembang, obsesi tentang Iran dan bantuan bantuanya, menjadi latar belakang mengapa mereka turut menjadi pelopor kebangkitan Syiah di Indonesia.

Ekspansi tersebut dalam rangka memenuhi pesan imam besar Syiah, Khomeini, yaitu mengekspor Revolusi Syiah ke negara-negara Islam di dunia. Dengan berbagai karya karya tokoh tokoh penulis Syiah menjadi barang import dari importer importer bangsa ini yang sudah dicuci otak mereka, yang hanya menganal Ali sebagai khalifah, dan mengenal para sahabat sebagai musuh agama. Pesan Imam besar Syiah , Khomaini memang termasuk legendaries dikalangan syiah, dipuja dan disanjung layaknya nabi yang datang dari Qum Iran.

Ekspor revolusi Iran awalnya bersifat pengenalan buku buku dari kalangan intelektual syiah Irang yang banyak menulis dan diterbitkan oleh penerbit penerbit Syiah di Indonesia. Kemenangan Khomaini menggulingkan Syah Iran menjadi titik tolak Khomaini ,mengembangkan pemikiran ekspansi, mempengaruhi dunia Islam untuk turut bergabung dengan Iran, bersama murtad keluar dari Islam dengan mengenakan aqidah Syiah yang kafir.

Kebangkitan Iran setelah Syah Iran tumbang, merupakan kebangkitan Syiah yang selama berabad abad menyimpan dendam terhadap ahlussunah, berarti peluang besar Negara Iran untuk mengusik kembali keberadan sunni di mimbar kehidupan Islam. Menimbulkan kecemburuan dan kebencian dikalangan pengikutnya dengan sentimen ahlul bait, merupakan rekayasa Iran yang paling berhasil.


Kini Mereka (Syiah) menyusup ke basis-basis strategis umat melalui berbagai macam lembaga, ormas keagamaan, MUI, serta memanfaatkan secara optimal potensi negara basis Iran dengan misi diplomasi,. Tidak ada yang lepas dari cengkraman Iran dan syiahnya. Ormas ormas yang dianggap jinak dan mudah menerima mereka menjadi tumpuan utama dalam menyebaran misi Iran. Berbagai komentar tokoh tokoh ormas yang memberikan angin segar pada kebangkitan mereka, menjadi tolak ukur mereka dalam menolak protes dan kritik muslim yang tidak sejalan dengannya. Membenturkan tokoh tokoh Islam dengan umat dan tokoh lainnya, merupakan kesukaan Iran dari sebuah Taqiyah internasional

Pemamfaatan secara optimal potensi dan SDM berbasis Iran dikerahkan Iran lewat alasan misi diplomasi. Membuka hubungan bilateral antar kedua Negara, bidang bisnis, pendidikan dan politik , seperti kunjungan parlemen antar kedua Negara, merupakan senjata ampuh melunakkan pemikiran pemerintah Indonesia. Karena Negara tidak pernah berpikir adanya ekspansi pemikiran, dan adanya komunitas syiah dalam pejabat Iran sebagai diplomat di Indonesia yang zending , menjadi tangan panjang dari revolusi Iran.

PROPAGANDIS SYIAH MENYELUSUP DAN MENGUASAI BASIS STRATEGIS DI PEMERINTAHAN; MENJADI ANGGOTA LEGISLATIF, PEJABAT NEGARA, PERSIS SEPERTI DILAKUKAN KADER-KADER KOMUNIS, dimasa Sukarno. Memuja kepemimpinan Bung Karni dengan membaca segala kelemahan adalah cara utama menaklukan Sukarno dibawa komando PKI waktu itu. Sekarang dengan adanya “Jalaluddin rahmat Di PDI misalnya, mengingatkan pada masa peristiwa masa lalu ketika PKI [Partai Komunis Indonesia] menyusupkan kader kadernya pada kekuasaan.

Pada masanya Syiah akan mendirikan partai sendiri yang berbasi sentiment anti sahabat, dan janji janji kampanye sesuai dengan tujuan revolusi Iran. Kalau kemudian terjadi revolusi pemikiran di Indonesia yang berada dalam manhaj sesat syiah, sudah pasti hasilnya adalah kekacauan dalam Negara.


Waspadalah !!!


Artikel terkait : klik Syiah di pencarian
---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda