Breaking News
Loading...
Kamis, 08 Januari 2015

Info Post

Tahun: 1853–1856 


Lokasi: Semenanjung Krimea, Balkan, Laut Hitam, Laut Baltik, Samudera Pasifik
Pihak yang terlibat: Perancis, Kesultanan Utsmaniyah (Turki), Britania Raya, Kerajaan Sardinia, Kekaisaran Rusia, Sukarelawan Bulgarian.

Kekuatan: 
400.000 orang Perancis 
250.000 orang Britania 
165.000 orang Kesultanan Utsmaniyah 
10.000 orang Sardinia 
700.000 orang Rusia 
3.000 orang Bulgaria

Pada bulan Oktober 1853 hingga Februari 1856 dunia menyaksikan salah satu perang terbesar sepanjang sejarah manusia yang disebut Perang Krimea. Perang yang berlangsung di sekitar Laut Hitam dan terutama di Semenanjung Krimea itu melibatkan 5 negara: Turki, Inggris, Perancis dan Sardinia di satu pihak, melawan Rusia di fihak lainnya. 

Selain itu, dalam tingkat pertisipasi yang lebih kecil Jerman, Swiss dan Slavia mendukung Turki dan Bulgaria, Serbia dan Yunani mendukung Rusia. Sebagaimana kata-kata bijak bahwa dalam politik tidak ada yang kebetulan dan semuanya adalah konspirasi, demikian juga dalam Perang Krimea. Meski dibalut dengan motif agama, yaitu antara penganut Katholik di satu pihak melawan penganut Kristen Orthodox di pihak lain, motif ekonomi dan chauvinisme (kebanggaan pada negara yang berlebihan) tetap menjadi motif utamanya. 

Rusia, di satu sisi menginginkan akses “laut air hangat”, sebagai pengganti mayoritas pelabuhan-pelabuhannya di Laut Baltik dan Laut Arctic yang membeku pada musim dingin, dan itu didapatkan di Laut Hitam di mana terdapat Semenanjung Krimea dengan kota Sevastopol-nya yang strategis. 

Di sisi lain Inggris, Perancis dan Turki, tidak menginginkan pengaruh Rusia berkembang ke selatan. Mereka ingin Rusia tetap terisolir di padang rumput. Dan Perancis, terlebih lagi, masih dendam pada Rusia yang mengalahkan pasukan agresor Napoleon belasan tahun sebelumnya. 

Singkat kata terjadilah perang besar-besaran di sekitar Laut Baltik dan Semenanjung Krim yang menelan ratusan ribu nyawa pasukan kedua pihak dan penduduk sipil di sana. 

Rusia memang akhirnya kalah setelah dikeroyok beberapa negara besar sekaligus dan harus kehilangan Sevastopol. Namun Rusia berhasil membuktikan bahwa mereka bukan bangsa yang “lembek”, terutama saat harus mempertahankan wilayah kekuasaannya, sebagaimana mereka buktikan ketika mengalahkan pasukan Napoleon dan juga tentara Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

---
Komentar anda

0 komentar:

Posting Komentar

PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda