Tahun: 1853–1856
Pihak yang terlibat: Perancis, Kesultanan
Utsmaniyah (Turki), Britania Raya, Kerajaan Sardinia, Kekaisaran Rusia,
Sukarelawan Bulgarian.
Kekuatan:
400.000 orang Perancis
250.000 orang Britania
165.000 orang Kesultanan Utsmaniyah
10.000 orang Sardinia
700.000 orang Rusia
3.000 orang Bulgaria
Pada bulan Oktober 1853 hingga Februari 1856 dunia menyaksikan salah satu perang terbesar sepanjang
sejarah manusia yang disebut Perang Krimea. Perang yang berlangsung di sekitar
Laut Hitam dan terutama di Semenanjung Krimea itu
melibatkan 5 negara: Turki, Inggris, Perancis dan Sardinia di satu pihak,
melawan Rusia di fihak lainnya.
Selain itu, dalam tingkat pertisipasi yang lebih
kecil Jerman, Swiss dan Slavia mendukung Turki dan Bulgaria, Serbia dan Yunani mendukung Rusia.
Sebagaimana kata-kata bijak bahwa dalam politik tidak ada yang kebetulan dan
semuanya adalah konspirasi, demikian juga dalam Perang Krimea. Meski dibalut dengan motif
agama, yaitu antara penganut Katholik di satu pihak melawan penganut Kristen
Orthodox di pihak lain, motif ekonomi dan chauvinisme (kebanggaan pada negara yang
berlebihan) tetap menjadi motif utamanya.
Rusia, di satu sisi menginginkan akses “laut air
hangat”, sebagai pengganti mayoritas pelabuhan-pelabuhannya di Laut Baltik dan Laut
Arctic yang membeku pada musim dingin, dan itu didapatkan di Laut Hitam di mana terdapat Semenanjung Krimea dengan kota
Sevastopol-nya yang strategis.
Di sisi lain Inggris, Perancis dan Turki, tidak
menginginkan pengaruh Rusia berkembang ke selatan. Mereka ingin Rusia tetap
terisolir di padang rumput. Dan Perancis, terlebih lagi,
masih dendam pada Rusia yang mengalahkan pasukan agresor Napoleon belasan tahun sebelumnya.
Singkat kata terjadilah perang besar-besaran di
sekitar Laut Baltik dan Semenanjung Krim yang menelan ratusan ribu nyawa pasukan kedua pihak
dan penduduk sipil di sana.
Rusia memang akhirnya kalah setelah dikeroyok
beberapa negara besar sekaligus dan harus kehilangan Sevastopol. Namun Rusia
berhasil membuktikan bahwa mereka bukan bangsa yang
“lembek”, terutama saat harus mempertahankan wilayah kekuasaannya, sebagaimana
mereka buktikan ketika mengalahkan pasukan Napoleon dan juga tentara Nazi
Jerman dalam Perang Dunia II.
---
Komentar anda
0 komentar:
Posting Komentar
PENGUNJUNG YANG BAIK SELALU MENINGGALKAN KOMENTAR
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda